Pendekatan dan
cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu dikoreksi
atau diperkaya dengan upaya untuk mengokohkan keberdayaan institusi komunitas
agar pada masa berikutnya upaya penanggulangan kemiskinan dapat dijalankan
sendiri oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.
Institusi
komunitas diharapkan nantinya akan mampu menjadi motor penggerak masyarakat
dalam upaya ‘melembagakan’ dan ‘membudayakan’ kembali nilai-nilai kemanusiaan,
nilai-nilai kemasyarakatan serta nilai-nilai demokrasi lokal sebagai
nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan di wilayah
setempat.
Dengan demikian
upaya-upaya penanggulangan kemiskinan benar-benar terwujud sebagai gerakan
masyarakat..
Berbagai
persoalan kebangsaan, bermasyarakat, dan bernegara (termasuk juga persoalan
kemiskinan yang terjadi) sesungguhnya merupakan refleksi dari akumulasi
persoalan-persoalan ‘sakitnya’ perilaku orang-orang (kumpulan individu) yang
mengoperasikan/ menjalankan ‘sistem’.
Persoalan
kemiskinan struktural yang terjadi tidak lagi dapat dipandang hanya sebagai persoalan
‘sistem’ ekonomi dan sistem pemerintahan yang terdistorsi. Sistem yang baik
dengan perilaku orang-orang yang ‘sakit’ tetap akan menghasilkan kinerja sistem
yang buruk, tetapi sistem yang buruk diyakini dapat diperbaiki oleh orang-orang
yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan.
Kumpulan
orang-orang (masyarakat) yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai universal
kemanusiaan ini lebih diyakini akan mampu membawa perubahan-perubahan mendasar
terhadap sistem sosial, ekonomi, maupun kepemerintahan. Wujud nyatanya adalah
“Perubahan Perilaku Kolektif” masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
Dengan dasar
keyakinan tersebut, maka penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di P2KP dalam
jangka panjang bercita-cita untuk dapat:
“Melahirkan
generasi masyarakat Indonesia Baru yang ‘dapat dipercaya’ dan mampu membawa
perubahan sosial di masyarakat berdasarkan ‘nilai-nilai’ universal kemanusiaan
bagi penanggulangan kemiskinan.”
Untuk mendukung
suksesnya penyelenggaraan program penanggulangan kemiskinan melalui P2KP yang
akan dijalankan, maka perlu dicari alternatif model pengembangan kapasitas dari
semua pelaku-pelaku penting yang
diharapkan mampu menyentuh unsur manusianya sebagai sasaran perubahan. Model
pengembangan kapasitas/pelatihan yang diterapkan diharapkan pula mampu
mentransformasi nilai-nilai kemanusiaan sebagai basis perubahan perilaku
kolektif.
‘Values Based
Training Program’ merupakan alternatif model pelatihan lanjut tentang
kepemimpinan (The higher level of leadership training) yang akan dipakai
sebagai basis penyelenggaraan kegiatan pelatihan-pelatihan dalam P2KP. Model
pelatihan ini merupakan pilihan titik masuk (entry point) dari pendekatan
“Human Centris Development”.
Misi Pelatihan dalam P2KP
adalah mempercepat terjadinya “Perubahan Prilaku Kolektif” dari berbagai pihak
(stakeholders) dalam berinteraksi di masyarakat, terutama dalam menanggulangi
persoalan kemiskinan yang ada, dengan dilandasi komitmen yang kuat terhadap
nilai-nilai kemanusiaan.
7.2 Pengembangan Kapasitas
melalui Pelatihan
Tujuan
umum pengembangan kapasitas melalui
pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan dalam rangka P2KP adalah:
1.
Agar peserta memiliki pemahaman dan
keyakinan yang baik bahwa ‘perubahan-perubahan mendasar terhadap sistem sosial,
ekonomi, maupun kepemerintahan (governance) dimulai dengan perubahan prilaku
individu-individunya.
2.
Agar peserta pelatihan termotivasi
sehingga mau dan mampu menerapkan serta mengembangkan pendekatan VBTP sebagai
basis transformasi kapasitas yang menjadi tugas utamanya kepada orang-orang
sekitar lingkungan kerjanya, maupun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang
didampinginya.
Tujuan
Khusus dari pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan
dalam rangka P2KP adalah:
1.
Semua pihak secara individual memiliki
motivasi dan mampu berperan sebagai agen
perubahan dilingkungan tugas/kerjanya berdasarkan nilai-nilai universal
kemanusiaan.
2.
Semua pihak secara individual memiliki
kesadaran kritis dan kemampuan untuk meningkatkan kinerja kelembagaannya
masing-masing dalam berpartisipasi untuk penanggulangan kemiskinan.
3.
Semua pihak secara individual dapat
mengerti secara utuh tentang visi, misi, strategi, tujuan, prinsip-prinsip dan
nilai-nilai yang dikembangkan di dalam penyelenggaraan P2KP dan memiliki
kecakapan untuk mentransformasikan nilai-nilai kemanusiaan ke dalam aktivitas
kerjanya.
4.
Semua pihak yang terlibat langsung
sebagai penyelenggara P2KP dapat memahami secara utuh lingkup tugas dan
tanggung jawabnya, menguasai mekanisme kerjanya, dan memiliki kemampuan teknis
maupun manajemen sederhana untuk menjalankan tugas-tugasnya.
7.3 Penerapan Metode dan Pendekatan Pelatihan
Metode Pelatihan dan Proses
Belajar
Metode Pelatihan; dilakukan dengan suatu proses
pendidikan orang dewasa (andragogi). Dalam metode ini peserta dan fasilitator
pelatihan (trainer) merupakan mitra/rekan belajar yang secara
partisipatif bersama-sama menggali pengalaman-pengalaman secara terstruktur
yang kemudian disintesiskan bersama untuk mendapatkan nilai-nilai baru yang
ingin diterapkan.
Proses Belajar; pelaksanaan pelatihan banyak dikembangkan melalui diskusi kelompok
terarah (focus group discussion), tukar pengalaman (sharing),
bermain peran (role play), metaplan, praktik lapangan, maupun tutorial.
Pada akhir setiap sesi para peserta diberikan pencerahan yang disampaikan oleh
fasilitator pelatihan maupun narasumber ahli.
Pendekatan Pelatihan
Pendekatan
pelatihan diterapkan dalam rangka mencapai tujuan terjadinya “Perubahan
Perilaku Kolektif” dari berbagai pihak (stakeholders) dalam berinteraksi di masyarakat,
terutama dalam menanggulangi persoalan kemiskinan yang ada, dengan dilandasi
komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Prosesnya
dimulai dengan memotivasi peserta untuk mau melakukan perubahan-perubahan di
dalam prilaku dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diyakini atau dipercaya akan
lebih baik, menuju situasi perubahan yang diharapkan. Dengan nilai-nilai yang
dikembangkan didalam sistem kepribadiannya tersebut diharapkan akan terjadi
kebiasaan-kebiasaan baru bermasyarakat yang kemudian melembaga dan disepakati
sebagai acuan dalam berinteraksi. Inilah yang kemudian menjadi ‘Sistem Sosial’
yang baru.
Model “Values Based Training Program”
Values Based
Training Program, adalah suatu model pendekatan pelatihan yang metode
penyampaiannya lebih didasarkan pada upaya transformasi nilai-nilai utama
(kemanusiaan) yang bersifat universal dan diyakini sebagai inti bagi terjadinya
perubahan perilaku/sikap dari seseorang. Seseorang sebagai sebuah individu
diyakini merupakan komponen dasar terjadinya perubahan perilaku kolektif di
masyarakat.
7.4 Analisis
terhadap Strategi Pelaksanaan Pelatihan
Analisis Strategi Dasar
Pengembangan
kapasitas melalui pelatihan-pelatihan pada semua level dalam P2KP sesungguhnya
dilakukan dalam kerangka membangun gerakan masyarakat melalui perubahan
perilaku kolektif dalam penanggulangan kemiskinan, yang strateginya
dasarnya dilakukan dengan 2 (dua) cara:
1.
Membangun kesadaran kritis semua pihak
(masyarakat dan perangkat pemerintah)
bahwa sesungguhnya setiap orang mampu dan berdaya untuk melakukan perubahan-perubahan
penting dalam menanggulangi kemiskinan, yang dimulai dari
dirinya..
2.
Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan
lembaga-lembaga yang ada di sekitar masyarakat miskin menjadi jaringan kelompok-kelompok
peduli yang berpartisipasi dalam
penanggulangan kemiskinan di wilayahnya.
Analisis Strategi Operasional
Secara
operasional tranformasi kapasitas dilakukan melalui serangkaian kegiatan pembelajaran baik secara tatap muka maupun
kegiatan belajar mandiri.
A. Pembelajaran
secara tatap muka; diselenggarakan melalui
kegiatan-kegiatan:
1.
Lokakarya Orientasi P2KP untuk berbagai
pihak yang terlibat, terutama untuk sasaran peserta yang termasuk kategori
kelompok strategis lini atas, seperti : para aparat pemerintah di tingkat
pusat/nasional, propinsi, maupun kabupaten/kota, perguruan tinggi, LSM, dan
kalangan media massa.
2.
Pelatihan-pelatihan untuk para pelaku
(penyelenggara) P2KP, terutama untuk sasaran peserta yang termasuk kategori
kelompok strategis penyelenggara langsung, seperti : KMP, KMW, FKs, PJOK, Kader
Masyarakat, BKM, UPK, UPPK, KSM.
Jenis pelatihan
yang akan diberikan untuk para pelaku (kelompok penyelenggara) P2KP, adalah:
a) Pelatihan
Kepemimpinan;
pelatihan ini diberikan kepada peserta (kelompok penyelenggara) untuk
menumbuhkan kesadaran dan membangun motivasi kerja, serta memahami betul etika
dan tata-laku fasilitator sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya,
Peserta nantinya diharapkan mempu mentransformasikan dan menerapkan nilai-nilai
serta prinsip-prinsip kepemimpinan dalam menjalankan tugas-tugasnya untuk
penanggulangan kemiskinan.
b) Pelatihan Siklus
Proyek;
pelatihan ini diberikan kepada peserta (kelompok penyelenggara) sebelum
melaksanakan tugas-tugasnya agar memahami konsep dasar P2KP dan menguasai
mekanisme kerja proyek, dan memiliki kemampuan teknis maupun manajemen proyek
sederhana dalam menjalankan tugas-tugas P2KP.
c). Pelatihan
Dasar (pra-tugas); pelatihan ini diberikan kepada peserta (kelompok
penyelenggara) sebelum melaksanakan tugas-tugasnya agar memahami betul lingkup
tugas dan tanggung jawabnya, menguasai mekanisme kerjanya, dan memiliki
kemampuan teknis maupun manajemen sederhana untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Pelatihan
Lanjutan (semasa tugas); pelatihan ini diberikan kepada peserta (kelompok
penyelenggara) semasa kerjanya sebagai pelatihan lanjut dari pelatihan dasar
untuk peningkatan kemampuan teknis atau
keterampilan memfasilitasi kegiatan dan melakukan kegiatan pengembangan
masyarakat.
d) Pelatihan
Keterampilan;
pelatihan ini diberikan kepada peserta (kelompok penyelenggara – terutama
Fasilitator, Kader Masyarakat, BKM, UPK, dan perangkat pemerintah lokal)
sehingga memiliki kemampuan teknis atau keterampilan dalam memfasilitasi
berbagai kegiatan pemberdayaan di masyarakat, maupun kemampuan manajemen
sederhana untuk menjalankan tugas-tugasnya dalam P2KP.
A.
Pembelajaran Mandiri (tanpa tatap
muka); diselenggarakan melalui:
Penyediaan
berbagai buku saku, pedoman/petunjuk praktis yang dapat dipakai oleh berbagai
pihak sebagai media ‘belajar mandiri’; mulai dari kelompok strategis lini atas,
penyelenggara langsung, masyarakat luas, kelompok masyarakat sasaran, kelompok
pemeduli, dll.
Untuk berbagi
informasi dan pengalaman, dikembangkan pula media informasi dan komunikasi
program P2KP baik di tingkat nasional melalui ‘websites dan mailinglist’, ‘news
letter’, dan ditingkat lokal (kelurahan/desa) melalui berbagai bentuk media
warga seperti: ‘bulletin’ atau majalah dinding. Bentuk rancangan, tampilan maupun
isi pesan yang disampaikan diserahkan sepenuhnya atas prakarsa dan kreativitas
warga serta disesuaikan dengan sasaran penggunanya. Untuk meningkatkan
kemampuan dalam menyelenggarakan ini, maka
masyarakat akan diberikan pula pelatihan “pengembangan Media Warga”.
C. Rangkaian
Kegiatan Pelatihan
Pembelajaran melalui rangkaian kegiatan pelatihan di
dalam program P2KP merupakan proses “Capacity Building” yang dilakukan secara
berjenjang dan kontinyu oleh para pelaku-pelakunya (penyelenggara program).
Koordinasi penyiapan materi/modul pelatihan maupun
penyelenggaraan kegiatan pelatihan menjadi tanggung jawab dan kewenangan PMU
dengan penugasan kepada KMP, Prep-Cons, dan
KMW. Selanjutnya KMP, KMW, atau BKM dapat menggunakan dukungan “Tim Inti
Pelatih” P2KP untuk memenuhi kebutuhan pelatihan di wilayah kerjanya,
Selanjutnya dalam melaksanakan paket-paket pelatihan “spesifik” yang kompetensi
dan keahlian melatihnya banyak tersedia dimasyarakat, maka KMW atau BKM, bahkan
pemerintah daerah apabila memerlukannya dapat menggunakan penyedia Jasa
Pelatihan (Training Provider) dengan persetujuan PMU.
Program peningkatan kapasitas melalui kegiatan pelatihan
di P2KP selengkapnya dapat dilihat pada Tabel B.2, sedangkan Matiks
hubungan siklus proyek dengan kegiatan peningkatan kapasitas (pelatihan dan
sosialisasi dapat dilihat pada Lampiran
B.1)
Tabel B.2
Peningkatan Kapasitas melalui Kegiatan Pelatihan di P2KP
No
|
Waktu
|
Kegiatan Pelatihan
|
Peserta
|
Frekuensi / Tempat
|
Lama-nya
|
Penyelenggara
|
1.
|
Bulan 1
|
Lokakarya Orientasi Pusat (LOP) - ttg P2KP
|
40 (Sekr P2KP, Staff Proyek & Tim KMP)
|
1x di Jakarta
|
1 Hari
|
Project Management Unit (PMU) dibawah Kontrak
Tim Pers. P2KP
|
2
|
Bulan 1
|
Lokakarya Orientasi Pusat (LOP) - Staff Ditjen
Perkim sbg Executing Agency P2KP
|
30 peserta, eselon 3 dan 4 serta staff
fungsional Ditjen Perkim
|
1x di Jakarta
|
1 Hari
|
Project Management Unit (PMU) dibawah Kontrak
Tim Pers. P2KP
|
3
|
Bulan 2
|
Lokakarya Orientasi Nasional (LON)
|
60 (Staff Dirjen Perkim, Gubernur, Bappeda Prop
& DPRD Prop )
|
1x di Jakarta
|
1 Hari
|
Sekretariat P2KP, dibawah kontrak KMP
|
4
|
Bulan 2
|
Pelatihan Siklus Proyek
|
25 Staff Proyek & Tim KMP
|
1x di Jakarta
|
3 Hari
|
Project Management Unit (PMU) dibawah Kontrak
Tim Pers. P2KP
|
Bulan 3
|
Pelatihan Siklus Proyek
|
75 Staff KMW
|
1x di Jakarta
|
3 Hari
|
KMP
|
|
5
|
Bulan 3
|
Training of trainer (TOT) untuk staff proyek,
KMP, KMW, atau peserta tertentu yang
dilatih menjadi Tim Inti Pelatih
|
30 Pelatih (Tim Inti Pelatih)
|
1x di Jakarta
|
6 Hari
|
Project Management Unit (PMU), dibantu Tim Pers.
P2KP
|
6
|
Bulan 5
|
Pelatihan Dasar (Basic training)
|
Fasilitator
|
1x di Propinsi
|
3 Minggu
|
Training Provider dibawah kontrak KMW
|
Pelatihan Lanjutan
|
1x di Propinsi
|
2 Minggu
|
Waktu yang tepat akan ditetapkan kemudian oleh
para fasilitator
|
|||
7
|
Bulan 4
|
Lokakarya Orientasi Propinsi (LO-Prop)
|
30 – 100 peserta (Walikota, Bupati, Bappeda, 2
org Anggota DPRD)
|
1x di Propinsi
|
1 Hari
|
Bappeda Propinsi dibawah kontrak KMW
|
8
|
Bulan 5
|
Diskusi Kelompok Strategis, yang diprioritaskan
untuk Lokakarya Orientasi Daerah (LOD)
|
50 peserta dari stakeholders Lokal
|
1x di Kota / Kabupaten
|
1 Hari
|
KMW
|
9
|
Bulan 5
|
Lokakarya Orientasi Daerah (Kota / Kabupaten)
|
50 Peserta. Dinas, Camat & Pjok PAKET &
BLM
|
1x di Kota / Kabupaten
|
1 Hari
|
Bappeda Kota / Kabupaten dibawah kontrak KMW
|
10
|
Bulan 6
|
Lokakarya Orientasi Kecamatan (LOKec)
|
Lurah / Kades / Tokoh2 Masyarakat
|
1x di Kecamatan
|
1 Hari
|
Camat dibawah kontrak KMW
|
11
|
Pelatihan Dasar untuk Dinas/Instansi di Kota /
Kabupaten
|
30 orang, Staff dari Dinas/Instansi di Kota /
Kabupaten
|
1x di Kota / Kabupaten
|
3 Hari
|
Bappeda Kota / Kabupaten dibawah kontrak KMW.
Pelaksana: Training Provider
|
|
12
|
Bulan 7
|
Rembug Warga & Event Sosial untuk Diseminasi
P2KP
|
200 orang
|
1x di Kelurahan
|
1 Hari
|
KMW / Tim Fasilitator
|
13
|
Bulan 7
|
Pemilihan Kader Masyarakat
|
40 orang
|
5x di Lingkup RW per Kelurahan
|
5 Hari
|
KMW / Tim Fasilitator
|
14
|
Bulan 7
|
Pelatihan Dasar (Basic training)
|
Kader Masyarakat
|
1x di tiap Kecamatan
|
3 Hari
|
KMW / Tim Fasilitator
|
Pelatihan Lanjutan
- Kepemimpinan
- Pemberdayaan Masyarakat
-
Manajemen organisasi nir laba
|
5 Hari
|
Waktu yang tepat akan ditetapkan kemudian oleh
Kader Masyarakat
|
||||
15
|
Bulan 8
|
Pelatihan Praktek untuk FGD
|
Kader Masyarakat
|
1x at Kelurahan
|
½ Hari
|
KMW / Tim Fasilitator
|
16
|
Bulan 8
|
Pelatihan Praktek untuk Infokom
|
Kader Masyarakat
|
1x at Kecamatan
|
1 Hari
|
KMW / Tim Fasilitator
|
17
|
Bulan 11
|
Pelatihan Praktek untuk Perencanaan Partisipatif
|
Kader Masyarakat
|
1x at Kecamatan
|
1 Hari
|
KMW / Tim Fasilitator
|
18
|
Bulan 11 & setiap 3 Bulan
|
FGD untuk Masalah-masalah strategis dan berbagi
pengalaman
|
Kader Masyarakat
|
setiap 3 Bulan di Kecamatan
|
1 Hari
|
KMW / Tim Fasilitator
|
19
|
Bulan 9
|
FGD untuk Refleksi Kemiskinan
|
40 Orang
|
1x di Lingkup RW
|
1 Hari
|
KMW / Tim Fasilitator
|
20
|
Bulan 9
|
Rembug Warga untuk memilih anggota Tim Survey
Swadaya
|
200 orang
|
1x at Kelurahan
|
1 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator) dibawah
kontrak KMW
|
21
|
Bulan 9
|
Pelatihan Praktek tentang Metode Survey Swadaya
|
Tim Survey Swadaya
|
1x at kelurahan
|
1 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator) dibawah
kontrak KMW
|
22
|
Bulan 10
|
Pemetaan / Survey Swadaya (Community Self Survey)
|
Masyarakat Luas
|
1x di Kelurahan
|
5 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator) dibawah
kontrak KMW
|
23
|
Bulan 10
|
FGD untuk Pembentukan Kelembagaan Masyarakat
(BKM)
|
40 orang
|
1x di tiap RW
|
1 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator) dibawah
kontrak KMW
|
24
|
Bulan 10
|
Rembuk Warga untuk mendiskusikan hasil pemetaan
dan Proyek P2KP
|
200 orang
|
1x di Kelurahan
|
2 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator) dibawah
kontrak KMW
|
25
|
Bulan 11
|
Pembentukan BKM dan pemilihan Pemimpin
Masyarakat / Pengurus BKM
|
200 orang
|
1x at Kelurahan
|
1 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator) dibawah
kontrak KMW
|
26
|
Bulan 12
|
Pelatihan Dasar (Basic training)
|
3 peserta per BKM
|
1x di Kota / Kabupaten, tiap 3 Bulan di
Kelurahan
|
2 Hari
|
KMW
|
FGD tentang masalah strategis, termasuk
perencanaan partisipatif
|
BKM members, KSM members
|
1 x at Kota / Kabupaten
|
1 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator) dibawah
kontrak KMW
|
||
Pelatihan Lanjutan
|
1x di Kecamatan
|
3 Hari
|
Training Provider
|
|||
Pelatihan Pengenalan untuk Mikro Kredit
|
Anggota BKM
|
1 Hari
|
Training Provider
|
|||
27
|
Bulan 13
|
Pelatihan Dasar Mikro Kredit
|
2 peserta per UPK
|
1x di Kota / Kabupaten
|
5 Hari
|
Training Provider
|
Pelatihan Lanjutan untuk Manajemen Pengelolaan
Keuangan dan sistem Akuntansi
|
1x di Kota / Kabupaten
|
5 Hari
|
Training Provider
|
|||
28
|
Bulan 14
|
Pelatihan Dasar
|
Anggota KSM
|
1x di Kecamatan
|
2 Hari
|
KMW
|
Pelatihan Praktek di Kelompok (KSM)
|
Setiap 2 Bulan
|
1 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator) dibawah
kontrak KMW
|
|||
29
|
Bulan 17
|
Pelatihan untuk Evaluasi Partisipatif
|
Independent monitor and evaluator
|
1x di Kota / Kabupaten
|
3 Hari
|
KMW
|
30
|
Bulan 13
|
Pelatihan Kewirausahaan
|
Keluarga Miskin & Anggota KSM
|
1x di Kelurahan
|
2 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator)
|
31
|
Bulan 13
|
Pelatihan Praktek (coaching) Tentang Cara
Menyusun Proposal
|
Anggota KSM
|
1x di Kelurahan
|
1 Hari
|
Senior Fasilitator (Tim Fasilitator)
|
32
|
Bulan 13
|
Lokakarya tentang Peran dan Fungsi Forum atau
Asosiasi BKM di tingkat Kota / Kabupaten
|
Anggota BKM & Stakeholders
|
1x di Kota / Kabupaten
|
2 Hari
|
KMW
|
33
|
Bulan 15
|
Pelatihan tentang mengelola jaringan Kerja
|
Anggota Forum BKM
|
1x di Kota / Kabupaten
|
2 Hari
|
KMW
|
34
|
Bulan 12
|
Pelatihan tentang PAKET untuk Pemda dan
stakeholders
|
Staff Pemda dan Stakeholders
|
1x di Kota / Kabupaten
|
1 Hari
|
KMW
|
35
|
Bulan 17
|
Pelatihan tentang PAKET (konsep & mekanisme)
|
Tim Inti dari Pemda dan Komite PAKET
|
1x di Kota / Kabupaten
|
1 Hari
|
KMW
|
36
|
Bulan 18
|
Pelatihan tentang Perencanaan Partisipatif
|
Tim Inti dari Pemda dan Komite PAKET
|
1x di Kota / Kabupaten
|
3 Hari
|
KMW
|
37
|
Bulan 21
|
Diskusi (review) di tingkat kota/kab tentang
kemajuan P2KP dengan strategic stakeholders
|
Local stakeholders
|
1x di Kota / Kabupaten
|
1 Hari
|
KMW
|
38
|
Pelatihan Lanjutan sesuai kebutuhan; 3 paket
untuk masing-masing (diluar pelatihan yang telah ditetapkan sebelumnya)
|
BKM, UPK, KSM, Kader Masyarakat &
Fasilitator
|
1x per paket di Kecamatan / Kota/Kab
|
3 Hari per paket pelatihan
|
KMW
|
|
39
|
Pelatihan mengelola dan resolusi konflik
|
Tim inti Pemda, Komite Paket dan anggota BKM
|
2 x di Kota / Kabupaten
|
1 Hari
|
KMW
|
|
40
|
Pelatihan mengelola dan resolusi konflik
|
Fasilitator & Kader Masyarakat
|
1 x per kota / kabupaten
|
1 Hari
|
KMW
|
7.5 Materi
(Tema dan Topik) Pelatihan
Penyusunan
paket materi pelatihan dimaksudkan untuk
mempersiapkan segala material yang diperlukan dalam berbagai pelatihan P2KP.
Koordinasi dan tanggung jawab penyusunan paket materi pelatihan menjadi
tanggung jawab PMU dengan penugasan kepada KMP atau Prep-Cons.
Penyusunan
paket material melalui dua tahap yaitu;
1.
Pengembangan kurikulum pelatihan P2KP
Kurikulum
pelatihan dikembangkan agar sasaran strategi pelatihan dapat dicapai, terutama
bagi para penyelenggara P2KP dapat menjalankan fungsi dan perannya sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Berangkat dari fungsi dan perannya disusun kompetensi dasar yang harus
dimiliki oleh setiap pelaku P2KP. Kompetensi dasar inilah yang menjadi acuan
untuk mengembangkan kurikulum pelatihan.
2.
Pengembangan modul pelatihan dan materi atau bahan
bacaan lainnya
Dari
kurikulum yang sudah tersusun kemudian dikembangkan modul pelatihan.
Modul-modul pelatihan ini dilengkapi pula dengan bahan bacaan pendukung dan
berbagai informasi penunjang melalui media-media lainnya.
7.6 Pembentukan
Tim Inti Pelatih
Untuk mencapai sasaran strategi pelatihan P2KP maka akan dibentuk Tim
Inti Pelatih (TIP). Tim inti pelatih adalah sejumlah orang
yang mendapat pelatihan khusus sebagai pelatih untuk kepentingan pengembangan
kapasitas para pelaku dalam rangka P2KP.
Pelatih Inti atau master of training dapat direkrut dari unsur
Konsultan Manajemen Wilayah maupun Fasilitator Kelurahan, dan pihak-pihak
lainnya yang mempunyai kompetensi sebagai pelatih, termasuk dari pemerintah,
perguruan tinggi, LSM atau unsur lainnya yang mempunyai pengalaman cukup di
bidang pelatihan pemberdayaan masyarakat.
PMU/Pimpro menugaskan KMP bertanggung jawab untuk
melakukan identifikasi kebutuhan akan Tim Inti Pelatih sekaligus melakukan
seleksi atau rekrutmen.
Tugas pokok dari tim inti pelatih (TIP) ini nantinya adalah sebagai
tenaga ahli yang siap ditugaskan purna waktu oleh proyek untuk membantu berbagai
kegiatan pelatihan atau pengembangan kapasitas lainnya bagi para pelaku /
penyelenggara P2KP.
Tim Pelatih inti ini setelah direkrut terlebih dahulu akan mendapatkan
pelatihan (training of trainers), selanjutnya bagi yang dinilai memenuhi
kecakapan tertentu akan ditugaskan untuk memberikan pelatihan-pelatihan
pra-tugas kepada fasilitator kelurahan, dan tenaga ahli lainnya dari konsultan
menejemen wilayah (KMW) di daerah, termasuk pula bagi Kader Masyarakat atau
personil BKM/UPK.
Kebutuhan tim pelatih inti yang akan direkrut sebanyak 52 orang, yang
mungkin dapat ditambah dari unsur luar, bila perlu. Penempatan tugas Tim
pelatih inti ini nantinya dapat ditempatkan sebagai tenaga pelatih dari
KMP yang ada di Kantor Wilayah atau
tenaga pelatih KMW, sedangkan yang berasal dari unsur-unsur luar menjadi
pelatih secara purna waktu (temporer).
Rekrutmen dan Seleksi Calon
Atasnama PMU/Pimpro KMP melakukan identifikasi calon Tim Inti Pelatih
sekaligus melakukan seleksi dan rekrutmen.
Kegiatan dalam rangka identifikasi calon Tim Inti Pelatih dilaksanakan
dengan menyusun daftar nama dan memeriksa Curiculum Vitae dari Tenaga Ahli KMP
sendiri, Tenaga Ahli KMW, atau daftar Fasilitator Kelurahan. Selain itu perlu
ditambahkan pula calon-calon Tim Inti Pelatih P2KP yang berasal dari kalangan
aparat pemerintah, perguruan tinggi, LSM atau unsur lainnya yang mempunyai
pengalaman cukup di bidang pelatihan pemberdayaan masyarakat, yang nama-namanya
diusulkan dan diidentifikasi bersama oleh KMW dengan Tim Koordinasi di daerah kerjanya.
Seleksi calon
Tim Inti Pelatih dilakukan oleh KMP bersama PMU dengan meneliti Curiculum Vitae
dari daftar nama calon yang ada dan memperhatikan kriteria penetapan Tim
Pelatih Inti , yaitu :
1. Memiliki kemampuan komunikasi dan persuasi baik
2. Memiliki pengalaman melatih dan/atau mengikuti pelatihan orang dewasa
secara partisipatif
3. Menguasai kompetensi disiplin keahlian tertentu yang gayut dengan P2KP,
seperti: Pemberdayaan Masyarakat, Kemiskinan, Perencanaan/Pembangunan
Partisipatif, Keuangan Mikro, dan/atau
Pengembangan Kelembagaan Masyarakat.
4. KMP bersama PMU menyusun dan menetapkan daftar nama (50-60 0rang) calon
Tim Inti Pelatih untuk mengikuti pelatihan TOT yang diselenggarakan khusus
untuk mereka. Daftar nama peserta pelatihan TOT ini diharapkan dapat mewakili
distribusi peserta dari segi keahlian dan penyebaran domisilinya (kewilayahan).
5. Selanjutnya PMU mengundang calon Tim Pelatih Inti sebagai peserta untuk
mengikuti Pelatihan Untuk Pelatih (TOT-P2KP) secara penuh di tempat dan waktu
yang telah ditetapkan.
Pelatihan untuk Tim Inti Pelatih
Mengingat
begitu menentukannya peran KMW dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan P2KP,
maka diperlukan serangkaian pelatihan untuk menjamin penyelenggaraan manajemen
proyek P2KP di setiap wilayah berhasil
dilaksanakan dengan benar dan tepat sasaran dalam kerangka waktu yang telah
ditetapkan, sesuai dengan visi dan misinya.
Pelaksanaan kegiatan pelatihan untuk Tim Inti Pelatih dilakukan di suatu
tempat yang mudah terjangkau oleh peserta, terletak di Jakarta atau sekitarnya,
serta dapat memenuhi persyaratan memadai untuk diselenggarakannya suatu
kegiatan pelatihan.
PMU/Pimpro sebagai penanggung jawab kegiatan menugaskan Konsultan Persiapan
P2KP dengan dibantu nara sumber ahli yang diperlukan sebagai pelaksana kegiatan
ini. Waktu pelatihan adalah selama 4
(empat) hari efektif (penetapan tanggal pelatihan perlu dikoordinasikan
dengan PMU/Pimpro).
Lingkup
tugas utama
untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan TOT sesuai dengan Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) yang ditetapkan PMU/Pimpro, sehingga pada akhirnya dapat
menghasilkan pelatih-prlatih inti P2KP yang mampu dan berkualitas sesuai dengan
tuntutan tugas-tugasnya. (Selengkapnya dilihat pada Lampiran B.2 :
Kerangka Acuan Kegiatan TOT-P2KP).
7.7 Penyelenggaraan Pelatihan
Merencanakan Kegiatan Pelatihan
Beberapa
hal teknis yang perlu diperhatikan dalam merencanakan kegiatan pelatihan adalah
:
1.
Persiapan Peserta
a. Menyiapkan dokumentasi terhadap
basis data peserta.
b. Melakukan kaji ulang terhadap peserta pelatihan, sebagai masukan untuk
merumuskan kebutuhan materi pelatihan sehingga keluaran (output) pelatihan akan
sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dalam kerangka acuan kegiatan (TOR)
pelatihan-P2KP.
c. Memanggil (mengundang) peserta
untuk mengikuti pelatihan yang akan dilaksanakan.
2.
Persiapan Materi Penunjang
a. Memastikan bahwa Kerangka Acuan Kerja (TOR) kegiatan pelatihan, Panduan
untuk Fasilitator, Panduan untuk peserta, Bahan-bahan bacaan peserta, alat-alat
bantu pelatihan, dsb sudah tersedia.
b. Melakukan review dan mengembangkan modul-modul dan teknik pelatihan
yang sudah ada, serta alat evaluasi hasil pelatihan agar para peserta pelatihan
kelak memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan tugas-tugas dalam P2KP.
3.
Persiapan Personil (Tim) Pelaksana
a. Menyusun Tim Pelaksana Pelatihan (kepanitiaan) yang setidaknya terdiri
dari seksi-seksi; (a) Akomodasi dan Logistik, (b) Tim Fasilitator, (c) Tim
Notulen, (d) Tim Pemantau, (e) Narasumber,
secara keseluruhan organisasi pelaksana dipimpin oleh seorang kepala
pelatihan (Master Trainer).
· Akomodasi dan Logistik : bertugas
mempersiapkan tempat penyelenggaran pelatihan, sarana dan fasilitas-fasilitas
yang harus disediakan, termasuk kebutuhan logistik dari semua peserta.
· Tim Fasilitator : bertugas memandu, dan
memfasilitasi jalannya setiap sesi pelatihan sesuai dengan Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) sehingga tujuan pembelajaran setiap sesi dapat dicapai.
· Tim Notulen : bertugas mencatat dan merekam substansi yang
disampaikan narasumber dan fasilitator, maupun diskusi-diskusi yang terjadi
selama proses pembelajaran.
· Tim Pemantau : bertugas merekam dan
memantau jalannya proses pembelajaran di setiap sesi, memantau perubahan suasana kelas pembelajaran
dan para pesertanya, sehingga kemudian dapat memberikan umpan balik bagi para
fasilitator atau narasumber, serta merekomendasikan usulan perbaikan bagi
peningkatan proses pembelajaran selanjutnya.
· Narasumber : bertugas melakukan paparan materi dan
pencerahan-pencerahan sesuai dengan GBPP yang telah digariskan.
· Master trainer (kepala pelatihan) berkewajiban menyusun dan
mempersiapkan jadwal kerja serta pembagian tugas diantara anggota tim
pelaksana.
Pelaksanaan Pelatihan
Beberapa
hal teknis yang perlu diperhatikankan dalam pelaksanaan pelatihan adalah:
1. Tempat
pelatihan; tempat pelatihan sebaiknya mudah dijangkau peserta, namun
memungkinkan peserta untuk dapat secara penuh berkonsetrasi mengikuti pelatihan
tanpa diganggu oleh interupsi karena pekerjaan/tugas kesehatiannya. Suasana
tempat pelatihan diharapkan pula memberikan suasana santai dan memungkinkan
peserta dapat beristirahan dengan tenang.
2. Penataan ruang pelatihan; diharapkan
dapat memudahkan peserta pelatihan mengikuti jalannya pembelajaran secara baik
dan tenang, suara tidak bergema, menunjang terbangunnya suasana keakraban dan
partisipasi aktif seluruh peserta.
Pelatihan kelas sebaiknya diikuti oleh peserta dengan jumlah maksimum 30
orang, sehingga partisipasi kelas cukup intensif, dan memudahkan fasilitator maupun narasumber
memantau dan mengendalikan suasana kelas.
Untuk menunjang
hal itu penataan meja dan kursi peserta sebaiknya melingkar atau berkelompok
(clustering), sehingga sirkulasi cukup untuk masing-masing peserta bergerak di
dalam kelas. Dibagian tengah atau muka ruangan kelas sebaiknya disediakan pula
ruang (space) untuk kegiatan bermain peran (role-playing).
3. Fasilitas
penunjang pelatihan; sistim penerangan yang cukup, fasilitas tata suara
cukup baik dengan dengan pengeras suara dan microfon yang cukup untuk
fasilitator maupun peserta (minimal 2 buah). Kelengkapan minimum lain yang
diperlukan adalah sebuah Overhead Projector (OHP), sebuah papan tulis, dan setidaknya 3 buah
Flip Chart untuk masing-masing kelas.
4. Waktu pelatihan; dalam satu hari
pelatihan sebaiknya dirancang untuk waktu pagi hingga sore hari dengan waktu
istirahat yang cukup (rehat untuk minum, makan siang, dan waktu shalat). Dapat
pula dilanjutkan dengan pelatihan malam hari dengan waktu maksimal hingga
jam-21.00.
Waktu-waktu
kritis dalam pelatihan siang hari (sesi setelah makan siang) merupakan sesi
pembelajaran yang cukup berat / melelahkan. Untuk itu pada acara sesi-sesi ini
diupayakan untuk diisi dengan sesi ringan yang disertai diskusi kelompok serta
bermain peran. Dalam satu paket pelatihan tidak dianjurkan dilaksanakan
dengan seri waktu yang lebih dari 4 hari pelatihan di dalam kelas
berturut-turut tanpa selingan hari
istirahat (hari di luar kelas).
5. Pola pembelajaran; setiap hari pelatihan
(dalam satu hari) secara garis besar pola sesi-sesinya adalah mengikuti siklus
sebagai berikut; (a)- Pembukaan (Pagi hari): dimulai dengan review hari
kemarin, (b)- Pagi sampai sore/malam adalah isi dari sesi-sesi pembelajaran,
(c)- Penutupan (sore/malam hari) diakhiri dengan evaluasi harian oleh peserta,
(d)- Setelah acara kelas berakhir, Master trainer bersama panitia mengadakan
pertemuan evaluasi harian dihadiri fasilitator, natulen dan pemantau untuk mengevaluasi jalannya
pelatihan hari tersebut dan menyampaikan catatan/agenda untuk pelatihan esok
hari.
Evaluasi Pelatihan
Monitoring
dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kegiatan pelatihan secara nasional
menjadi tanggung jawab dari PMU/Pimpro yang dalam pelaksanaannya menjadi
lingkup tugas dari KMP dan KE, atau dapat menugaskan tim tertentu secara
independent.
Monitoring
dan evaluasi setiap kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dalam rangka P2KP
wajib diselenggarakan oleh pelaksana pelatihan secara partisiptif bersama
peserta untuk menilai keberhasilan pencapaian sasaran pelatihan tersebut. Umpan
balik (feed back) dan hasil penilaian evaluasinya menjadi titik tolak untuk
terus menerus berupaya meningkatkan kenerjanya masing-masing sesuai dengan
tuntutan tugas-tugas peserta pelatihan dalam konteks P2KP.
Pelaksana
pelatihan berkewajiban membuat alat bantu monitoring dan evaluasi kegiatan
pelatihan. Proses monitoring dan evaluasi dilakukan secara periodik selama
jalannya pelatihan hinga saat berakhirnya pelatihan, sehingga dapat diketahui
agenda peningkatan kapasitas para peserta paska pelatihan. Untuk itu setidaknya
terdapat 2(dua) evaluasi penting yang harus dilakukan penyelenggara pelatihan,
yaitu; (1)- Evaluasi awal pelatihan dan (2)- Evaluasi akhir pelatihan.
Sedangkan setiap hari pelatihan dilakukan Evaluasi Harian.
Contoh
lembar evaluasi pelatihan dapat dilihat pada Lampiran B.3 di masing-masing
Garis Besar Program Pelatihan.
Pelaporan Kegiatan Pelatihan
Setiap
pelaksanaan kegiatan pelatihan, maka penyelenggara pelatihan wajib menyusun
laporan kegiatan. Sistem pelaporan kegiatan pelatihan dibagi ke dalam 2
tahapan, yaitu :
Tahap pertama:
Laporan Persiapan Pelatihan
Laporan dibuat
sebanyak 5 (lima) copy. Di dalam buku laporan
ini perlu dilaporkan proses persiapan kegiatan pelatihan dan hasil
penyusunan modul-modul pelatihan dengan melampirkan modul akhir yang akan
digunakan dalam pelatihan. Selanjutnya juga dilaporkan tentang daftar dan
profil calon peserta yang akan dilatih.
Tahap kedua:
Laporan Pelaksanaan Pelatihan
Laporan dibuat
sebanyak 5(lima) copy. Di dalam buku laporan ini dilaporkan tentang seluruh
proses pelaksanaan pelatihan, serta hasil pelatihan, mencakup antara lain:
daftar nilai / evaluasi peserta, rekomendasi tim pelatih untuk setiap peserta
disertai beberapa catatan penting untuk ditindak lanjuti oleh KMP/KMW agar
peserta dapat sukses melaksanakan tugas-tugasnya dalam P2KP.
Mau nanya?
Tiap peserta dapat uang saku atau uang jalan. Mohon percerahannya