KERANGKA ACUAN KERJA KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DALAM KEGIATAN PLPBK - PNPM MANDIRI PERKOTAAN

Monday, 21 November 2016

KERANGKA ACUAN KERJA
KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
DALAM KEGIATAN PLPBK - PNPM MANDIRI PERKOTAAN
                                                                                                  
1.      PENDAHULUAN
1.1.   LATAR BELAKANG
Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) adalah salah satu intervensi dalam proses transformasi sosial PNPM Mandiri Perkotaan menuju masayarakat madani, dimana PLPBK adalah suatu kegiatan untuk mencapai kondisi pemukiman yang ideal di masa mendatang yang dicita-citakan oleh masyarakat dari suatu kelurahan/desa dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin kondisi yang ada dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik dan sosial (petunjuk teknis Siklus PLPBK).
Kegiatan PLPBK dalam PNPM Mandiri Perkotaan diawali dengan Pilot Project PLPBK pada tahun 2008, yang meliputi 18 desa/kelurahan di 15 kab/kota dan 8 provinsi, dengan jumlah keseluruhan penduduk pemanfaat sekitar 137.267 jiwa. Sampai dengan pertengahan tahun 2013 ini telah memanfaatkan BLM sebesar Rp. 17,7 M untuk sarana dan prasarana infrastruktur permukiman.
Kegiatan PLPBK dilaksanakan melalui siklus perencanaan dengan menyesuaikan tata ruang  sesuai kebutuhan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik dari sebelumnya, serta bersedia menata kembali lingkungan permukiman mereka dengan segala konsekuensinya.                
Kajian Lingkungan merupakan suatu alat perencanaan yang diharapkan mampu mengendalikan dampak-dampak dari suatu kegiatan atau rencana usaha baik yang bersifat negatif maupun positif terhadap lingkungan hidup agar dapat diambil suatu keputusan layak atau tidak layaknya kegiatan tersebut terhadap lingkungan. Selama ini studi kelayakan (feasibility study) hanya mengenal studi kelayakan teknis dan study kelayakan ekonomis. Namun sejak kebijakan yang mengintegrasikan atau menyatukan pembangunan dan lingkungan, maka lingkungan hidup merupakan bagian dari studi kelayakan.
Pembangunan manusia adalah fokus utama dalam kegiatan PLPBK, untuk itu setiap aktivitas manusia yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan PLPBK dipastikan akan mampu mengendalikan dampak lingkungan yang terjadi dengan menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan memaksimalkan dampak/manfaat positif dari setiap proses kegiatan PLPBK.
Dalam kegiatan PLPBK, tentunya akan melakukan kegiatan fisik dalam pelaksanaannya. Agar tidak terjadi perusakan lingkungan maka kegiatan hendaknya tetap diarahkan sesuai dengan peraturan yang berlaku, antara lain:
a.    Kegiatan yang direncanakan akan tetap disesuaikan dengan ketentuan yang sudah disetujui oleh instansi pemerintah yang terkait.
b.   Dampak kelestarian hubungan ekosistem yang serasi dan seimbang antara manusia sebagai pengguna sumber daya alam dengan lingkungannya, yang menyediakan sumber daya yang memiliki serba keterbatasan, baik menurut jenisnya, kualitas dan kuantitasnya.
c.    Evaluasi penanganan dampak lingkungan ini akan memberikan gambaran bagi upaya pemecahan masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan proyek, yaitu melalui pemahaman secara menyeluruh terhadap hubungan antara manusia dengam alam lingkungan hidupnya.
Adapun hasil pengevaluasian terhadap penanganan dampak lingkungan adalah dimaksudkan untuk:
a)      Dapat diketahui seberapa besar pengaruh dampak yang akan ditimbulkan sehubungan dengan kegiatan yang direncanakan.
b)      Mampu memberi masukan mengenai cara-cara terbaik untuk memperkecil pengaruh dampak lingkungan seandainya hal tersebut sukar atau tidak dapat dihindari.
c)      Besarnya dampak lingkungan yang ditimbulkan tersebut akan dapat diperkirakan, sehingga langkah-langkah pencegahan sedini mungkin dapat dilakukan, termasuk pengendalian elemen-elemen yang mendorong proses percepatan kegiatannya.
Selanjutnya dengan cara pengendalian tersebut akan dapat dimanfaatkan hasilnya dalam perencanaan berikutnya, bahan sebagai acuan atau pedoman didalam melakukan tahapan operasional serta pada tahap pengelolaan kegiatannya, yaitu:
a)      Mampu memberikan informasi kepada masyarakat sedini mungkin, agar hal tersebut perlu dipahami secara umum.
b)      Mampu mengajukan tanggapan bahwa pengajuan saran/usulan pencegahan bagi kemungkinan terjadinya dampak lingkungan yang lebih besar dari akibat kegiatan operasional proyek.
c)      Kesemuanya itu kemudian dijadikan sebagai suatu cara atau isyarat pemberi tanda bahaya, yang secara tepat dan pasti dapat menentukan bobot dampak lingkungan yang paling mengancam terhadap lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian evaluasi penanganan dampak lingkungan khususnya dalam lingkup proyek yang direncanakan PLPBK akan mencakup mengenai elemen analisa dampak, yang menggambarkan kemungkinan yang akan timbul akibat kegiatan proyek tersebut. Mencakup prakiraan dampak berikut alternatif penanganan, arah pedoman pemecahan masalah, berikut pencegahan dampak yang bersifat merugikan menurut tingkat intensitas kejadiannya.
Permasalahan umum bila ditinjau dari keberadaan kondisi lingkungan di lokasi PLPBK, adalah penggunaan tanah berupa lahan tegalan dimana penggunaannya untuk daerah pertanian dalam arti luas (termasuk peternakan) dan kawasan sepanjang bantaran sungai. Demikian juga dengan terjadinya perubahan peruntukkan lahan tentunya akan menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap:
a)      Berkurangnya daerah resapan air, yang akan mengakibatkan menurunnya permukaan air tanah, dan mendorong untuk meningkatnya debit air run off.
b)      Berkurangnya potensi visual alam natural akibat dari kegiatan proyek. Pada keadaan tertentu apabila pengelolaannya kurang memperhatikan unsur kelestarian lingkungan, maka kegiatan proyek dapat menimbulkan akibat timbul areal lahan yang rawan erosi.
Permasalahan lain yang memberi dampak besar terhadap lingkungan adalah limbah cair dan air limbah karena mudah terkontaminasi dan larut terbawa aliran air permukaan yang selanjutnya menuju ke badan sungai, dimana air limbah yang dihasilkan kurang dikelola dengan baik akibatnya berpengaruh pada pencemaran ke media lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka diperlukan suatu kajian untuk mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam PLPBK apakah telah sesuai dengan kaidah dan peraturan yang berlaku.

1.2.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan pertanyaan dalam kajian ini adalah bagaimana kajian kelayakan lingkungan yang dilaksanakan dalam kegiatan PLPBK - PNPM Mandiri Perkotaan dalam menjamin pengendalian dampak lingkungan dan mendukung kualitas lingkungan yang baik.

1.3.   MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari kajian ini adalah untuk menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan serta meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat dan layak huni.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam PLPBK sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.


2.     METODOLOGI UNTUK PELAKSANAAN KAJIAN
2.1.   Metoda dan Teknik Evaluasi Kuantitatif
a.   Populasi Kajian
Populasi kajian adalah seluruh subyek yang akan diobservasi, yaitu semua elemen yang berada dalam wilayah kajian atau dapat juga disebut sebagai penelitian populasi. Dalam hal ini, populasi yang akan digunakan dalam pengambilan data adalah Lokasi Pilot, lokasi penetapan tahun 2009 dan lokasi penetapan tahun 2010 yang berjumlah 276 kelurahan/desa di 76 Kabupaten/Kota dan 18 Provinsi dengan jumlah keseluruhan penduduk pemanfaat sekitar 1,47 juta jiwa.

b.   Sampel Kajian
Sampel kajian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik sampling bertujuan ini, adalah dengan cara mengambil subyek yang tidak didasarkan atas strata, random atau daerah; melainkan didasarkan atas adanya tujuan tertentu (menurut Arikunto, 2002).
Teknik ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah karakteristik lokasi yang variatif dan letak sampel yang berjauhan; dimana diharapkan sampel yang diambil seluruhnya memiliki peluang yang sama serta dapat mewakili seluruh populasi.
Adapun sampel kajian secara spesifik berdasar pada karakteristik wilayah :
·         Wilayah Pertanian
·         Wilayah Pesisir
·         Wilayah Slum & Squatter
·         Kawasan Cagar Budaya
·         Kawasan Cagar Alam
Sehingga jumlah sampel yang disarankan adalah berkisar 30% dari Jumlah Kelurahan/Desa di 30 Kota/Kabupaten sampling sasaran PLPBK.

2.2.   Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup penelitian ini pada kegiatan PLPBK, yaitu ;
a.       Rencana pengelolaan lingkungan (RKL), meliputi;
·           Pengelolaan penyebaran debu
·           Pengelolaan tingkat kebisingan,
·           Pengelolaan emisi udara,
·           Pengelolaan pencemaran limbah/sampah,
·           Pengelolaan gangguan ekologi,
·           Pengelolaan dampak pencemaran dan kerusakan lahan penduduk.

b.      Rencana pemantauan lingkungan (RPL), meliputi;
·           Pemantauan kualitas air,
·           Pemantauan kualitas udara/debu,
·           Pemantauan kebisingan,
·           Pemantauan kualitas tanah,
·           Pemantauan satwa dan pemantauan revegetasi.
·           Pemantauan benda cagar budaya
,
2.3.    Jenis dan Sumber Data
Data adalah manifestasi dari suatu kebenaran, Sumarno (2005). Penggunaan instrumentasi yang tepat dan cara pengukuran yang benar akan menghasilkan data yang dapat mendekati kebenaran dari variabel yang diukur.
Ada 2 tipe data yaitu data primer dan data sekunder, data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti untuk tujuan spesifik menjawab masalah penelitian. Data sekunder adalah data yang telah tersedia, dikumpulkan untuk tujuan lain.
Untuk mendapatkan data variabel pengelolaan lingkungan pada kegiatan PLPBK sebagai data penelitian di lapangan, adalah;
a.       Data primer dari 10 responden secara random dengan menggunakan instrumen kuesioner di setiap lokasi sampel, antara lain Tim fasilitator, Tim Korkot, Tim KMW,  BKM, TAPP, Pokja/Tim Teknis, Relawan dan KSM.

b.      Data sekunder bersumber dari laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan, data relevan dalam MIS PNPM Perkotaan dan literatur-literatur.

2.4.   Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam kajian ini digunakan untuk memperoleh data yang akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan. Menggunakan teknik-teknik pengumpulan data ini merupakan cara mudah dan tepat untuk mendapatkan informasi-informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan lebih akurat. Sumarno (2005) menjelaskan bahwa mutu penelitian tergantung pada mutu data, data yang bermutu adalah data yang obyektif, terpercaya (reliable), dan sahih (valid).
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan reliabel. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga metode, yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara;
a.       Melakukan observasi dan pengambilan dokumentasi untuk mendapatkan informasi-informasi yang lebih akurat dan gambaran tentang pengelolaan lingkungan di PLPBK.
b.      Melakukan wawancara (diskusi) untuk memperoleh kejelasan pengelolaan lingkungan dengan pelaku PLPBK. Disamping itu dilakukan pula diskusi tambahan dengan masyarakat sekitarnya.
c.       Melakukan pemberian berupa angket/kuesioner kepada responden yang ditunjuk dan bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna yang sifatnya rahasia dan netral.
d.      Melakukan studi pustaka terhadap laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan laporan hasil pemantauan terhadap limbah, air limbah, udara/debu, kebisingan dan tanah serta literatur-literatur lain sebagai penunjang.

2.5.   Teknik Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Hal ini dilakukan terhadap pengelolaan lingkungan PLPBK mulai tahap perencanaan/persiapan, tahap konstruksi, tahap pasca konstruksi dan tahap Operasi dan pemeliharaan.

Tabel-1
Variabel-variabel Kajian
No
Variabel
Simbol
1
Kinerja Pengelolaan Lingkungan PLPBK
Y
2
Pengelolaan Lingkungan
X1
3
Pemantauan Lingkungan
X2




a.   Teknik Pengukuran Variabel dan Pengumpulan Data
Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan skala likert, yaitu merupakan skala yang berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap dan persepsi seseorang terhadap sesuatu; dimana akan diberikan nilai secara berjenjang dari 1 sampai dengan 5 (Husein Umar, 2000). Sedangkan mekanisme penilaian dengan menggunakan skala likert, dapat dijelaskan dan disusun sebagai berikut:
§  Nilai 5, mempunyai arti sangat setuju
§  Nilai 4, mempunyai arti setuju
§  Nilai 3 mempunyai arti ragu-ragu
§  Nilai 2 mempunyai arti tidak setuju
§  Nilai 1 mempunyai arti sangat tidak setuju

Pengumpulan Data 
Pengumpulan data dalam kajian/evaluasi, perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)        Survei pendahuluan, dilakukan secara langsung dengan menghubungi pemda, masyarakat dan konsultan yang ditunjuk secara proporsif, berdasarkan bilangan ordinal pada sampel acak untuk pelaksanaan kajian.
2)        Studi kepustakaan, dilakukan dengan cara mempelajari literatur maupun referensi yang terkait maupun berhubungan dengan kajian untuk menunjang sisi teoritis dalam melakukan pembahasan masalah.
3)        Pengisian pertanyaan kuesioner, yang prinsipnya dilakukan pengisian kuesioner secara langsung oleh 10 responden secara random dengan menggunakan instrumen kuesioner di setiap lokasi sampel, antara lain Tim fasilitator, Tim Korkot, Tim KMW,  BKM, TAPP, Pokja/Tim Teknis, Relawan dan KSM yang terpilih/ditunjuk sebagai responden.

Pengujian Instrumen Kajian 
Untuk mengetahui apakah instrumen kajian mengumpulkan data atau informasi yang tepat serta relevan bagi variabel dan masalah sesuai topik yang dibahas; atau jika data tersebut digunakan untuk menguji suatu hipotesis, akan dibutuhkan sebagai alat ukur uji kualitas data. Maka diperlukan dukungan validitas serta keandalan dari alat ukur atau instrumen yang digunakan.
1)               Uji Validitas
Validasi terhadap konsep instrumen kajian, perlu dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
(a)      Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur
(b)     Melakukan uji-coba skala pengukuran tersebut kepada sejumlah responden
(c)      Mempersiapkan tabulasi
(d)     Sesuai skala pertanyaan yang digunakan, maka validitas instrumen diukur dengan mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan total skornya dan untuk memudahkan analisis akan digunakan SPSS Version Terbaru.
2)               Uji Reliabilitas
Suatu alat pengukuran dinyatakan reliabel atau andal, jika bisa mendapatkan hasil yang tetap sama dari gejala pengukuran yang tidak berubah meskipun dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keandalan/kepercayaan terhadap alat ukur yang digunakan dalam suatu kajian/evaluasi. Reliabilitas mengacu pada homogenitas dari alat ukur. Oleh karena itu berbagai macam pertanyaan yang diajukan mempunyai keterkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Untuk menguji reliabilitas alat ukur atau item-item dalam penelitian ini digunakan koefisien alpha yang diproses melalui SPSS version Terbaru.

b.   Teknik Analisis Data
Maksud dan tujuan analisis data, adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan (dengan menggunakan metoda statistik); sehingga diharapkan pelaksana kajian/evaluasi dapat lebih mudah dalam menguji ”apakah hubungan yang diteliti memang benar terjadi karena adanya hubungan yang sistematis antara variabel bebas dan variabel terikat”. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan metoda yang sesuai, melalui pemanfaatan SPSS for Windows version Terbaru.

c.    Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan regresi linier berganda (multiple regression). Persamaan regresi ini, sesuai dengan variabel-variabel yang dikaji/dievaluasi, dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2
 


Dimana:
Y      =          Kinerja Pengelolaan Lingkungan PLPBK
a      =          Konstanta
X1   =          Pengelolaan Lingkungan
X2   =          Pemantauan Lingkungan

d.   Pengujian Hipotesis 
1)    Pengujian Hipotesis I/Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independent (bebas) mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependent (terikat). Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan uji distribusi F, yaitu dengan membandingkan antara nilai kritis F (F tabel) dengan F hitung (F ratio) yang terdapat pada tabel Analysis of Variance dari hasil perhitungan.
Pengujian terhadap pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap perubahan nilai variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel independen.
2)    Pengujian Hipotesis II/Uji Parsial (Uji t)
Langkah analisis kedua dalam pengujian hipotesis adalah dengan menentukan nilai kritis,  yang dalam pengujian secara parsial akan menggunakan tabel distribusi normal dengan memperhatikan tingkat signifikansi (a) dan jumlah sampel yang digunakan.
Pengambilan keputusan akan dilakukan berdasarkan perbandingan antara nilai  thitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai  ttabel, sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Jika  thitung absolut suatu koefisien regresi lebih kecil dari  ttabel, maka keputusannya adalah menerima daerah penerimaan hipotesis nol (H0) atau dengan pengertian lain bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap nilai variabel dependen (Y); dan begitu juga berlaku sebaliknya.
3)    Pengujian Hipotesis III/Uji Dominasi
Setelah didapatkan hasil keluaran (output) dari SPSS, melalui uji ini akan dapat dilihat dan diindikasikan besaran dari nilai koefisien regresi. Berdasarkan pada nilai koefisien Standardized Beta (b) yang terbesar pengaruhnya terhadap  ttabel, maka dapat ditetapkan atau disimpulkan bahwa variabel dimaksud merupakan variabel yang berpengaruh dominan atau mempunyai pengaruh paling besar terhadap variabel terikatnya. 

e.   Uji Persyaratan Asumsi Klasik
Penggunaan model analisis regresi memerlukan dilakukannya beberapa uji persyaratan, dengan tujuan untuk memastikan bahwa tidak terjadi penyimpangan atau gangguan terhadap variabel-variabel yang ada dalam model.
1)    Uji Multikolinieritas
Salah satu asumsi model regresi linier klasik adalah tidak terjadinya multikolinieritas antara sesama variabel-variabel bebas yang ada dalam model, atau dengan pengertian bahwa tidak ada hubungan linier yang sempurna antara variabel bebas yang ada dalam model. Menurut Santoso (2001), pengertian multikolinieritas adalah terjadinya korelasi yang sempurna maupun tidak sempurna; namun dalam derajat relatif sangat tinggi pada variabel bebas yang ada dalam kajian.
Terjadinya multikolinieritas sempurna akan berakibat bahwa koefisien regresi tidak dapat ditentukan serta standar deviasi akan menjadi tidak terhingga. Sedangkan jika terjadi multikolinieritas kurang sempurna, maka koefisien regresi (meskipun berhingga) akan mempunyai standar deviasi yang besar; dimana hal ini juga memberikan arti bahwa koefisien-koefisiennya tidak dengan mudah untuk dapat diinterpretasikan.
2)    Uji Heterokedastitas
Uji asumsi regresi berganda heterokedastitas, adalah bertujuan untuk menguji ”apakah dalam sebuah model regresi terjadi varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain cenderung tetap, maka disebut homokedastitas”.
Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heterokedastitas. Untuk mendeteksi keberadaan gejala heterokedastitas, menurut Santoso (2001), dapat digunakan beberapa metoda. Khusus untuk kajian/evaluasi dapat menggunakan metoda Rank Spearman.
3)    Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Hal ini berarti bahwa untuk suatu tahun tertentu akan dipengaruhi oleh tahun sebelumnya atau dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Untuk mendeteksi keberadaan korelasi ini, dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson.  

2.6.   Metoda dan Teknik Evaluasi Kualitatif – In Depth Evaluation
a.           Pengertian Kajian/Evaluasi Kualitatif
Kajian kualitatif merupakan metode mengumpulkan dan menganalisa data  dengan berbagai keterbatasan, yaitu tidak bisa digeneralisasi pada peristiwa lain karena jumlah sampel yang terbatas. Sehingga, perlu digunakan sampel yang lebih banyak yang mampu mewakili populasi. Tapi perbedaan antara keduanya adalah bagaimana menyampaikan pertanyaan, yang diantaranya adalah:
(1)     Pertanyaan yang disampaikan bersifat fleksibel, bisa berubah saat pelaksanaan penelitian kualitatif.
(2)     Pertanyaan yang dibuat sangat ketat, kaku, statis dan terstandarisasi. Meski pertanyaan tindak-lanjut bisa disampaikan, tapi harus terlebih dahulu diukur dan selanjutnya dapat dimasukkan dalam daftar pertanyaan.

b.           Analisis Data Kajian Kualitatif
Catatan hasil pengamatan lapangan, transkrip wawancara, dokumen, buku harian dan jurnal merupakan bentuk data kajian kualitatif. Tugas pelaksana kajian kualitatif adalah menganalisa, menata dan menafsirkan data tersebut. Data ini dianalisis pada awal proses pengumpulan data dan berlanjut saat proses kajian berlangsung. Data ini dianalisis dengan menggunakan metode induktif: upaya untuk mempelajari semua informasi yang ada, dan menemukan kesamaan, perbedaan, sesuatu yang berulang, maupun berbagai pola yang ada di dalam informasi itu. Proses ini dijalani tidak dengan spekulasi semata, tetapi dengan membuat eliminasi atas yang tidak relevan (yang tak memiliki benang merah), dan menggaris bawahi hal-hal yang relevan (yang memiliki benang merah). Secara singkat metoda induktif didefinisikan sebagai “cara berpikir yang menarik kesimpulan dari pengamatan terhadap kejadian-kejadian partikular menuju pada generalisasi dari kejadian-kejadian itu, dengan syarat pengamatan yang dilakukan harus bersih dari semua bentuk prasangka. (Ladyman, 2002)
Mempersiapkan Data
Untuk memudahkan pengolahan data yang relatif banyak, peneliti kualitatif akan menatanya berdasarkan dimensi waktu. Data ditata menurut kronologi waktu urutan peristiwa yang terjadi selama pencarian/pengumpulan data. Disamping itu, setiap butir informasi harus diberi label menurut sumbernya. Catatan-catatan, transkrip dan dokumen yang lain akan digandakan. Data tersebut kemudian ditata ke dalam sistem pengelompokan tentatif tertentu; dasar pengelompokan dapat berasal dari data yang sedang dianalisis atau berdasarkan kajian terdahulu atau teori tertentu.
Peneliti kualitatif perlu menggunakan pendekatan wallpaper, yang akan sangat membantu ketika banyak pihak terlibat dalam tim pengkajian, yaitu berupaya untuk selalu dapat menggambarkan/memvisualisasikan data dengan tujuan memaparkan data yang terkumpulkan demi mempermudah analisis data; seperti fotokopi catatan, catatan pengamatan pada kartu indeks, tabel penampang serta catatan pinggir.
Mengingat peneliti juga merupakan bagian dari instrumen pengkajian kualitatif, maka peneliti harus melakukan beberapa persiapan sebelum mengkaji data yang telah dikumpulkan. Persiapan ini disebut epoche, yaitu sebuah proses dimana peneliti berusaha membuang atau menyadari prasangka, pendapat atau asumsi yang mungkin akan mencampuri/mengganggu analisis data. Metoda ini akan membantu peneliti mengesampingkan pendapat pribadi agar data yang diteliti bisa berbicara sendiri.
Teknik Analisis
Ada dua teknik analisis kajian kualitatif yang dapat digunakan, yaitu: teknik komparatif konstan dan teknik induksi analitis. Teknik komparatif konstan (oleh Glaser dan Strauss), terdiri dari dari empat proses :
(1)     Comparative assignment of incident to categories; setelah data siap dianalisis, peneliti memasukkan unit-unit informasi ke dalam kategori-kategori tertentu yang bersifat sementara. Kemudian, masing-masing unit dibandingkan dengan unit yang lain untuk melihat apakah kategori tersebut telah sesuai atau tidak. Kalau ada beberapa unit yang tidak sesuai dengan kategori terdahulu, maka perlu dikembangkan kategori baru. Penekanan dalam proses ini adalah membandingkan unit-unit serta menemukan kesamaan antara unit-unit yang relevan dengan kategori.
(2)     Mengelaborasi dan memperbaiki kategori; peneliti mencatat preposisi-preposisi atau aturan-aturan yang berupaya menjelaskan makna utama yang terdapat dalam kategori. Aturan ini akan membantu memfokuskan kajian dan juga dapat memberikan kemungkinan kepada peneliti untuk memulai mengekplorasi dimensi teoritis tentang sistem kategori. Aturan ini akan menunjukkan apa yang sedang dikaji dari topik tertentu dan membantu untuk menentukan hasil pengkajian yang sedang dilakukan.
(3)     Mencari keterkaitan dan tema antara kategori; peneliti mencari pola yang sama antar kategori, serta menguji pernyataan-pernyataan dan mencari keterkaitan yang bermakna di antaranya.
(4)     Memadukan dan menyederhanakan data ke dalam struktur teoritis yang runtut; analisis data terdahulu diintegrasikan ke dalam penjelasan yang runtut tentang fenomena. Ini bertujuan untuk dapat memahami konteks manusia dan peristiwa.

Sedangkan teknik induksi analitis adalah berupaya untuk menggabungkan konstruksi hipotesis dan analisis data. Teknik ini (menurut Stainback) terdiri dari beberapa langkah seperti berikut:
a)       Mendefinisikan topik dan mengembangkan sebuah hipotesis.
b)       Mengkaji sebuah kasus untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut dapat diuji-coba di lapangan. Kalau tidak bisa diberlakukan, maka hipotesis tersebut dirubah.
c)        Mengkaji kasus yang lain hingga hipotesis tersebut menjadi sempurna.
d)       Mencari kasus-kasus negatif yang mungkin bisa menyanggah hipotesis tersebut. Kalau demikian, hipotesis tersebut harus dirubah.
e)       Melakukan hal seperti ini berulang kali hingga hipotesis dapat diuji-cobakan secara sempurna.

Realibilitas dan Validitas Data Kualitatif
Derajat keterpercayaan dan validitas sangat penting dalam penelitian kualitatif, sebab akan sangat berpengaruh terhadap seberapa besar tingkat kepercayaan yang akan diberikan kepada hasil kajian. Secara ringkas, hal ini sangat berhubungan dengan pertanyaan “apakah simpulan penelitian bisa dipercaya atau tidak”. Validitas lebih menjelaskan tentang apakah fenomena yang diamati benar-benar menjelaskan hal tersebut. Untuk menjaga realibilitas dan validitas data kualitatif, beberapa hal berikut perlu diperhatikan dalam menganalisa data kualitatif:
(1)     Kesempurnaan data akibat kesalahan dalam mencatat data lapangan atau saat menafsirkan data.
(2)     Persepsi yang selektif saat menafsirkan data.
(3)     Reaktivitas dalam mengamati beberapa perubahan keadaan pada peristiwa yang sama.

Untuk mempertahankan kredibilitas kajian kualitatif, disarankan (oleh Maykut, Morehouse dan Creswell) untuk melakukan hal-hal berikut:
a)       Menggunakan metoda pengumpulan data yang beragam.
b)       Menerapkan audit pelacakan rekam data.
c)        Pengecekan oleh rekan penelitian.
d)       Pelibatan anggota tim pengkaji atau pihak lain untuk menjamin kejujuran interpretasi data.
e)       Metode debriefing; melibatkan orang luar pengkajian untuk mempertanyakan makna, metode dan penafsiran data yang dilakukan peneliti.

2.7.   Evaluasi Mendalam dengan Diskusi Kelompok Terarah (FGD)
FGD adalah salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kualitatif dan merupakan strategi untuk memahami sikap dan perilaku khalayak, dimana 6 s/d 12 orang diwawancarai secara bersamaan dengan seorang moderator sebagai pemandu diskusi tentang topik tertentu. Ciri utama teknik FGD adalah diskusi kelompok yang terstruktur untuk mengumpulkan informasi awal penelitian, dalam membantu mengembangkan item-item pertanyaan/kuesioner untuk suatu penelitian survei dan untuk memahami alasan-alasan dibalik munculnya sebuah fenomena tertentu serta untuk melihat bagaimana sekelompok orang memahami fenomena tertentu, atau untuk menguji gagasan tertentu.
Beberapa kelebihan serta keuntungan menggunakan teknik FGD untuk evaluasi kualitatif, adalah:
(1)     Dapat menggali informasi awal tentang topik atau fenomena tertentu.
(2)     Dapat dilaksanakan dalam waktu singkat, tidak memakan waktu lama dalam pelaksanaannya. Waktu agak lama akan digunakan untuk merekrut para responden yang disesuaikan dengan masalah kajian.
(3)     Adanya fleksibilitas dalam menyampaikan pertanyaan dan menanggapi jawaban peserta FGD. Sehingga, moderator mampu memfokuskan jawaban peserta kepada tema pengkajian dengan memperjelas setiap jawaban yang tidak jelas. Para moderator dapat menerapkan prosedur FGD yang diperluas (extended FGD), dimana para peserta diwajibkan mengisi formulir daftar pertanyaan berisi topik atau masalah yang dijadikan bahan diskusi. Dan hal ini dilakukan sebelum sesi diskusi dimulai.
(4)     Tanggapan partisipan diskusi kelompok lebih lengkap daripada jawaban yang diperoleh pada wawancara individual. Keadaan ini akan mudah merangsang pikiran dari peserta lain untuk memberikan komentar terhadap pernyataan peserta. Moderator dapat mengamati reaksi non-verbal dari masing-masing peserta untuk memperkaya analisis data.

Beberapa kendala yang mungkin timbul dalam pelaksanaan Diskusi Kelompok Terarah, adalah:
a)       Kemungkinan munculnya anggota kelompok yang mendominasi arus informasi diskusi, serta memaksakan pendapatnya kepada anggota yang lain. Kondisi ini akan menimbulkan rasa tidak suka pada pikiran anggota yang lain, serta akan merusak kinerja kelompok. Dalam konteks ini, moderator harus mampu mengelola lalu-lintas informasi diskusi sebelum situasinya memburuk.
b)       Teknik ini tidak tepat untuk mengumpulkan data kuantitatif. Sehingga perlu didukung dengan teknik yang lain apabila kuantifikasi diperlukan.
c)        Pelibatan sampel yang relatif kecil cenderung untuk tidak bisa mewakili populasi, terutama jika hanya terdiri dari para sukarelawan.

Tujuh langkah berikut sangat diperlukan, jika perlu melakukan diskusi kelompok secara terarah (FGD):
(i)         Mendefinisikan masalah, yang dapat bersumber dari kajian terdahulu atau rasa keingin-tahuan tentang topik tertentu.
(ii)       Memilih sampel.
(iii)      Menentukan jumlah anggota kelompok yang diperlukan. Untuk mengatasi masalah keterwakilan kelompok, diskusi kelompok biasanya dilakukan beberapa kali, tidak cukup hanya sekali.
(iv)     Mempersiapkan mekanisme kajian, mekanisme rekrutmen partisipan, fasilitas yang diperlukan, dan lainnya.
(v)       Menyiapkan bahan/materi untuk diskusi kelompok.
(vi)     Melaksanakan sesi diskusi kelompok.
(vii)    Menganalisis data dan mempersiapkan ringkasan laporan.

2.8.   Evaluasi Kualitatif dengan Wawancara Mendalam
Evaluasi kualitatif dengan menggunakan cara wawancara mendalam, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1)     Digunakan pada sampel yang lebih kecil.
(2)     Menyajikan data lebih terinci tentang perasaan, nilai, motivasi, pengalaman dari responden.
(3)     Dapat menggambarkan tanggapan non-verbal dari responden.
(4)     Fleksibilitas dalam menanggapi pertanyaan masing-masing responden.
(5)     Keberhasilan wawancara mendalam ini ditentukan oleh kemampun pewawancara dalam menjalin hubungan harmonis dengan para responden.
Kekuatan  wawancara mendalam adalah mampu untuk menyajikan data yang lebih akurat tentang tanggapan responden terhadap isu-isu yang sensitif. Hal ini sangat tergantung kepada kemampuan pewawancara dalam menjalin hubungan baik dengan para responden. Tapi cara ini juga memiliki kelemahan, yaitu hasil analisis wawancara tidak bisa digeneralisir kepada populasi; karena wawancara biasanya dilakukan secara tidak terstruktur apalagi sampel yang diambil secara acak. Disamping itu, kemungkinan munculnya bias pewawancara sehingga mempengaruhi validitas jawaban responden. Kemungkinan juga terjadi kerancuan dalam analisis data akibat perbedaan interpretasi data dari masing-masing para peneliti.

3.      KELUARAN/PRODUK
Produk dari kajian ini adalah tersusunnya dokumen yang berisi :
1.      Identifikasi kondisi eksisting pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK - PNPM mandiri Perkotaan;
2.      Evaluasi kinerja Tim pendamping PLPBK dalam pengendalian dampak lingkungan,
3.      Identifikasi kendala pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK.
4.      Inventarisasi kebutuhan penguatan kapasitas pelaku.
5.      Identifikasi implementasi pedoman pengamanan lingkungan dalam PLPBK.


4.      KRITERIA
Dokumen kajian diharapkan merupakan hasil kesepakatan akhir dari seluruh rangkaian diskusi, FGD, workshop, analisis berdasarkan kajian literatur maupun arah kebijakan program terhadap permasalahan yang ada dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku, sehingga dapat dipertanggung jawabkan dan hasil kajian dapat diimplementasikan di lapangan oleh seluruh unsur terkait.


5.      SCHEDULE PELAKSANAAN

NO
KEGIATAN
METODOLOGI
PELAKU
KELUARAN
KERANGKA WAKTU
MULAI
SELESAI
1.
Penyusunan Kerangka Acuan Kerja Kajian terhadap implementasi pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK - PNPM Mandiri Perkotaan
§ Study Literatur

§ Draft KAK Kajian
Minggu-4 Juni 2013
Minggu -1 Juli 2013
2.
Workshop  Rencana dan Metodologi Kajian
Workshop/ KBIK
Tim NMC, Advissory & PMU
§ Final KAK Kajian
Minggu -1 Juli 2013
Minggu -2 Juli 2013
3.
Pemilihan Lokasi Sampling dan penyusunan instrumen kajian
Purposive Sampling
Tim NMC
§ Daftar Lokasi sampling
§ Instrumen Kajian
Minggu-2 Juli 2013
Minggu-2 Juli 2013
4.
Survey lapangan, memotret kondisi eksisting dan menganalisis hasil survey;
§ Survey Lapangan
§ FGD
Tim NMC
§ Identifikasi kondisi eksisting pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK
Minggu-3 Juli 2013
Minggu-4 Agustus 2013
5.
Analisis kendala pelaksanaan pengendalian pengamanan lingkungan
§ FGD
§ Study Literatur
Tim NMC
§ Evaluasi kinerja Tim pendamping PLPBK dalam pengendalian dampak lingkungan,
§ Identifikasi kendala pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK
Minggu-2 Sept 2013
Minggu-4 Sept 2013
6.
Inventarisasi (asessment) kebutuhan penguatan kapasitas pelaku
§ FGD
§ Study Literatur
Tim NMC
§ Inventarisasi kebutuhan penguatan kapasitas pelaku.
Minggu-2 Sept 2013
Minggu-4 Sept 2013
7.
Analisis implentasi pedoman pengamanan lingkungan
§ FGD
§ Study Literatur
Tim NMC
Identifikasi implementasi pedoman pengamanan lingkungan dalam PLPBK.
Minggu-2 Sept 2013
Minggu-4 Sept 2013
8.
Workshop Hasil Kajian
Workshop/ KBIK
Tim NMC, Advissory & PMU
§ Kesepakatan akhir
§ Rekomendasi hasil kajian
Minggu-1 OKt 2013
Minggu-2 Okt 2013
9.
Penyusunan Laporan Hasil kajian
§ Study Literatur
Tim NMC
§ Laporan Hasil kajian
Minggu-3 Okt 2013
Minggu-4 Okt 2013







Lampiran 1.

ANGKET / QUESTIONER

 



PENGANTAR
Perihal                  : Permohonan Pengisian Angket / Kuesioner
Lampiran             : Satu berkas
Kepada Yth         : Sdr. Responden


Dengan hormat,

Dalam rangka kajian terhadap implementasi pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK - PNPM Mandiri Perkotaan, untuk menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan serta meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat dan layak huni, maka Saya memohon dengan hormat kepada Saudara untuk menjawab beberapa pertanyaan angket / questioner yang telah disediakan dengan jawaban secara objektif atau apa adanya.
Angket / questioner ini bersifat pengetahuan pendidikan untuk observasi, maka Saudara responden agar dapat memberikan jawaban yang sejujurnya, yaitu benar sesuai dengan kondisi yang dirasakan Saudara. Oleh karena itu, data dan identitas Saudara responden akan dijamin kerahasiaannya dan tidak mempengaruhi pada status apapun.
Demikian pengantar ini dibuat, atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya Saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, ......... 2013.
Hormat Saya,


Heru Setyawan
Environmental Safeguard Specialist










PETUNJUK PENGISIAN ANGKET/KUESIONER

1.       Mohon bantuan dan kesediaan Saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan yang disediakan.
2.       Berilah tanda silang (X) pada kolom "setuju" atau "ya" jika Saudara setuju atau sependapat dengan pernyataa/pertanyaan dalam kuesioner, dan berilah tanda (X) pada kolom "tidak" jika saudara tidak sepenmdapat dengan pernytaan/pertanyaan dalam kusioner. Pilih sesuai keadaan yang sebenarnya. 
3.       Karakteristik responden :
a.            Umur                         : ............ tahun.
b.           Jenis kelamin          : laki-laki / perempuan *)
c.            Pelaku                      : BKM/ UPL/ TIPP/KSM *)
d.           Desa/Kelurahan    : .................................
e.           Kabupaten/kota   : .................................

*) Coret yang tidak perlu




































No
Pertanyaan Variabel Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Jawaban
Setuju
Tidak
A.
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)


1.
Persiapan/ Pra Konstruksi



a.
Debu dan Sampah akibat pembersihan area kegiatan dikelola dengan baik



b.
Gangguan pemakai jalan/lahan akibat pembersihan lahan dikelola dengan baik



c.
Gangguan ekologi (lingkungan hidup)akibat pembersihan area kegiatan dikelola dengan baik


2.
Konstruksi



a.
Debu yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik



b.
Sampah yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik



c.
Bising yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik



d.
Gangguan Pengguna lahan yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik



e.
Pengotoran badan air (sungai, danau, saluran air dsb) yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik



f.
Longsor yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik



g.
Gangguan ekologi (lingkungan hidup) yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik


3.
Pasca Konstruksi



a.
Sampah sisa pembangunan dikelola dengan baik.



b.
Puing sisa pembangunan dikelola dengan baik.



c.
Longsor akibat pembangunan dikelola dengan baik.



d.
Perubahan ekologi (lingkungan hidup)akibat sisa pembangunan dikelola dengan baik.


4.
Operasi dan Pemeliharaan



a.
Penurunan kualitas air di sumber air akibat operasional  prasarana terbangun dikelola dengan baik



b.
Gangguan estetika akibat operasional  prasarana terbangun dikelola dengan baik



c.
Gangguan kesehatan akibat operasional  prasarana  terbangun dikelola dengan baik



d.
Timbulan sampah akibat operasional  prasarana terbangun dikelola dengan baik



e.
Kebisingan akibat operasional  prasarana terbangun dikelola dengan baik


B.
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)


1.
Persiapan/ Pra Konstruksi



a.
Debu dan Sampah akibat pembersihan area kegiatan dipantau dengan baik



b.
Gangguan pemakai jalan/lahan akibat pembersihan lahan dipantau dengan baik



c.
Gangguan ekologi (lingkungan hidup) akibat pembersihan lahan dipantau dengan baik


2.
Konstruksi



a.
Debu yang timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik



b.
Sampah yang timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik



c.
Bising yang timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik



d.
Gangguan Pengguna lahan yang timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik



e.
Pengotoran badan air (sungai, danau, saluran air dsb) yang timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik



f.
Longsor yang timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik



g.
Gangguan ekologi (lingkungan hidup) yang timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik


3.
Pasca Konstruksi



a.
Sampah sisa pembangunan dipantau dengan baik.



b.
Puing sisa pembangunan dipantau dengan baik.



c.
Longsor akibat pembangunan dipantau dengan baik.



d.
Perubahan ekologi (lingkungan hidup)akibat sisa pembangunan dipantau dengan baik.


4.
Operasi dan Pemeliharaan



a.
Penurunan kualitas air di sumber air akibat operasional  prasarana  terbangun dipantau dengan baik



b.
Gangguan estetika akibat operasional  prasarana terbangun dipantau dengan baik



c.
Gangguan kesehatan akibat operasional  prasarana  terbangun dipantau dengan baik



d.
Timbulan sampah akibat operasional  prasarana  terbangun dipantau dengan baik



e.
Kebisingan akibat operasional  prasarana terbangun dipantau dengan baik




KUESIONER  BERDASARKAN  JENIS KEGIATAN
No
Pertanyaan Variabel Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Jawaban
Ya
Tidak
1.
Apakah terdapat kegiatan pembangunan jalan ? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
Adakah dampak kebisingan, getaran, emisi yg tinggi ?



b.
Adakah Gangguan visual ?



c.
Adakah Gangguan lahan/erosi/longsor ?



d.
Timbulnya gangguan lalu lintas?



e.
Adakah Gangguan jaringan prasarana sosial seperti gas, listrik, air minum, telephone ?


2.
Apakah terdapat kegiatan Pembangunan Saluran Drainase? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
Timbulnya gangguan lalu lintas ?



b.
Adanya Kerusakan prasarana dan sarana umum ?



c.
Pencemaran di daerah hilir ?



d.
Perubahan tata air di sekitar jaringan ?



e.
Bertambahnya aliran puncak ?



f.
Timbul Genangan air ?


3.
Apakah terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana Air bersih? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
Terjadi pengotoran sumber air pada tahap konstruksi



b.
sumber  air  tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih



c.
Muka air tanah semakin rendah



d.
Intrusi air laut atau air permukaan ke dalam air tanah


4.
Apakah terdapat kegiatan Pembangunan Jembatan ? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
Potensi perubahan kestabilan lahan (land subsidence)



b.
Potensi perubahan aliran air (bila ada)



c.
Dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi



d.
Dampak, bangkitan (gangguan) lalu lintas



e.
Gangguan visual (khusus pada saat konstruksi)



f.
Gangguan jaringan prasarana sosial seperti gas, listrik, air minum, telekomunikasi (khusus pada saat konstruksi)


5.
Apakah terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana Sanitasi ? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
Dampak pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah.



b.
Sumber  berkembangbiaknya/tersebarnya  cacing  tambang  pada  permukaan tanah



c.
Sumber berkembangbiaknya lalat dan serangga lain.



d.
Timbulnya bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang.


6.
Apakah terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana Persampahan ? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
Sumber berkembangbiaknya lalat dan serangga lain.



b.
Timbulnya bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang.



c.
Lingkungan area sekitar tergenang leachate (air kotor)


7.
Apakah terdapat kegiatan Pembangunan Rumah Layak Huni ? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
Sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari tidak cukup sebagai akibat dari ruangan yang lembab dan tidak ada pergantian udara



b.
Terdapat genangan air di lingkungan area sekitar rumah



c.
Tidak dilengkapi jamban



d.
Tidak dilengkapi dengan sarana pembuangan limbah padat atau sampah


8.
Apakah terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana Kesehatan ? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
tidak  dilengkapi  dengan  sarana  pengelolaan 



b.
tidak dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase



c.
tidak dilengkapi sarana MCK dan air bersih,


9.
Apakah terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana Pendidikan ? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
tidak  dilengkapi  dengan  sarana  pengelolaan  persampahan 



b.
tidak dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase



c.
tidak  dilengkapi  sarana  MCK  dan  air  bersih, 


10.
Apakah terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana Perdagangan ? jika "ya" jawablah pertanyaan berikut ini.



a.
tidak dilengkapi dengan sarana pengelolaan persampahan



b.
tidak dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase



c.
tidak dilengkapi sarana MCK dan air bersih,



Responden

Pelaksana fungsi kegiatan (TIPP, UPL/BKM, KSM) karena ybs mengetahui secara rinci pelaksanaan kegiatan, sedangkan tanaga pendamping cukup menggunakan data sekunder berupa data hasil sertifikasi sebagai pembanding.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

 
KOTAKU © 2016 | Designed by kotaku, from Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum