KERANGKA ACUAN KERJA
KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PENGENDALIAN DAMPAK
LINGKUNGAN
DALAM KEGIATAN PLPBK - PNPM MANDIRI PERKOTAAN
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
(PLPBK) adalah salah satu intervensi dalam proses transformasi sosial PNPM
Mandiri Perkotaan menuju masayarakat madani, dimana PLPBK adalah suatu kegiatan
untuk mencapai kondisi pemukiman yang ideal di masa mendatang yang
dicita-citakan oleh masyarakat dari suatu kelurahan/desa dalam kurun waktu 3-5
tahun ke depan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin kondisi yang ada dan
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik dan sosial (petunjuk teknis Siklus PLPBK).
Kegiatan PLPBK dalam PNPM Mandiri Perkotaan diawali
dengan Pilot Project PLPBK pada tahun 2008, yang meliputi 18 desa/kelurahan di
15 kab/kota dan 8 provinsi, dengan jumlah keseluruhan penduduk pemanfaat
sekitar 137.267 jiwa. Sampai dengan pertengahan tahun 2013 ini telah
memanfaatkan BLM sebesar Rp. 17,7 M untuk sarana dan prasarana infrastruktur
permukiman.
Kegiatan PLPBK dilaksanakan melalui siklus perencanaan
dengan menyesuaikan tata ruang sesuai
kebutuhan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik dari sebelumnya, serta
bersedia menata kembali lingkungan permukiman mereka dengan segala konsekuensinya.
Kajian Lingkungan merupakan suatu alat perencanaan
yang diharapkan mampu mengendalikan dampak-dampak dari suatu kegiatan atau
rencana usaha baik yang bersifat negatif maupun positif terhadap lingkungan
hidup agar dapat diambil suatu keputusan layak atau tidak layaknya kegiatan
tersebut terhadap lingkungan. Selama ini studi kelayakan (feasibility study) hanya mengenal studi kelayakan teknis dan study
kelayakan ekonomis. Namun sejak kebijakan yang mengintegrasikan atau menyatukan
pembangunan dan lingkungan, maka lingkungan hidup merupakan bagian dari studi
kelayakan.
Pembangunan manusia adalah fokus utama dalam kegiatan
PLPBK, untuk itu setiap aktivitas manusia yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan PLPBK dipastikan akan mampu mengendalikan dampak lingkungan yang
terjadi dengan menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan memaksimalkan dampak/manfaat positif dari setiap proses kegiatan PLPBK.
Dalam kegiatan PLPBK, tentunya akan melakukan kegiatan
fisik dalam pelaksanaannya. Agar tidak terjadi perusakan lingkungan maka
kegiatan hendaknya tetap diarahkan sesuai dengan peraturan yang berlaku, antara
lain:
a.
Kegiatan
yang direncanakan akan tetap disesuaikan dengan ketentuan yang sudah disetujui
oleh instansi pemerintah yang terkait.
b.
Dampak
kelestarian hubungan ekosistem yang serasi dan seimbang antara manusia sebagai
pengguna sumber daya alam dengan lingkungannya, yang menyediakan sumber daya
yang memiliki serba keterbatasan, baik menurut jenisnya, kualitas dan
kuantitasnya.
c.
Evaluasi
penanganan dampak lingkungan ini akan memberikan gambaran bagi upaya pemecahan
masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan proyek, yaitu melalui
pemahaman secara menyeluruh terhadap hubungan antara manusia dengam alam lingkungan
hidupnya.
Adapun hasil pengevaluasian terhadap penanganan dampak
lingkungan adalah dimaksudkan untuk:
a) Dapat diketahui seberapa besar pengaruh dampak
yang akan ditimbulkan sehubungan dengan kegiatan yang direncanakan.
b) Mampu memberi masukan mengenai cara-cara
terbaik untuk memperkecil pengaruh dampak lingkungan seandainya hal tersebut
sukar atau tidak dapat dihindari.
c) Besarnya dampak lingkungan yang ditimbulkan
tersebut akan dapat diperkirakan, sehingga langkah-langkah pencegahan sedini
mungkin dapat dilakukan, termasuk pengendalian elemen-elemen yang mendorong
proses percepatan kegiatannya.
Selanjutnya dengan cara pengendalian tersebut akan
dapat dimanfaatkan hasilnya dalam perencanaan berikutnya, bahan sebagai acuan
atau pedoman didalam melakukan tahapan operasional serta pada tahap pengelolaan
kegiatannya, yaitu:
a) Mampu memberikan informasi kepada masyarakat
sedini mungkin, agar hal tersebut perlu dipahami secara umum.
b) Mampu mengajukan tanggapan bahwa pengajuan
saran/usulan pencegahan bagi kemungkinan terjadinya dampak lingkungan yang
lebih besar dari akibat kegiatan operasional proyek.
c) Kesemuanya itu kemudian dijadikan sebagai
suatu cara atau isyarat pemberi tanda bahaya, yang secara tepat dan pasti dapat
menentukan bobot dampak lingkungan yang paling mengancam terhadap lingkungan
sekitarnya.
Dengan demikian evaluasi penanganan dampak lingkungan
khususnya dalam lingkup proyek yang direncanakan PLPBK akan mencakup mengenai
elemen analisa dampak, yang menggambarkan kemungkinan yang akan timbul akibat
kegiatan proyek tersebut. Mencakup prakiraan dampak berikut alternatif
penanganan, arah pedoman pemecahan masalah, berikut pencegahan dampak yang
bersifat merugikan menurut tingkat intensitas kejadiannya.
Permasalahan umum bila ditinjau dari keberadaan
kondisi lingkungan di lokasi PLPBK, adalah penggunaan tanah berupa lahan
tegalan dimana penggunaannya untuk daerah pertanian dalam arti luas (termasuk
peternakan) dan kawasan sepanjang bantaran sungai. Demikian juga dengan
terjadinya perubahan peruntukkan lahan tentunya akan menimbulkan beberapa
dampak negatif terhadap:
a) Berkurangnya daerah resapan air, yang akan
mengakibatkan menurunnya permukaan air tanah, dan mendorong untuk meningkatnya
debit air run off.
b) Berkurangnya potensi visual alam natural akibat
dari kegiatan proyek. Pada keadaan tertentu apabila pengelolaannya kurang
memperhatikan unsur kelestarian lingkungan, maka kegiatan proyek dapat
menimbulkan akibat timbul areal lahan yang rawan erosi.
Permasalahan lain yang memberi dampak besar terhadap
lingkungan adalah limbah cair dan air limbah karena mudah terkontaminasi dan
larut terbawa aliran air permukaan yang selanjutnya menuju ke badan sungai,
dimana air limbah yang dihasilkan kurang dikelola dengan baik akibatnya
berpengaruh pada pencemaran ke media lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka diperlukan suatu kajian
untuk mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam
PLPBK apakah telah sesuai dengan kaidah dan peraturan yang berlaku.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan pertanyaan dalam
kajian ini adalah bagaimana kajian kelayakan lingkungan yang dilaksanakan dalam
kegiatan PLPBK - PNPM Mandiri Perkotaan dalam menjamin pengendalian dampak
lingkungan dan mendukung kualitas lingkungan yang baik.
1.3. MAKSUD
DAN TUJUAN
Maksud dari kajian ini adalah untuk menjamin
keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan serta meningkatkan
kualitas lingkungan yang sehat dan layak huni.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam PLPBK sesuai
dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
2. METODOLOGI
UNTUK PELAKSANAAN KAJIAN
2.1. Metoda
dan Teknik Evaluasi Kuantitatif
a. Populasi
Kajian
Populasi kajian adalah seluruh subyek yang akan
diobservasi, yaitu semua elemen yang berada dalam wilayah kajian atau dapat
juga disebut sebagai penelitian populasi. Dalam hal ini, populasi yang akan
digunakan dalam pengambilan data adalah Lokasi Pilot, lokasi penetapan tahun
2009 dan lokasi penetapan tahun 2010 yang berjumlah 276 kelurahan/desa di 76
Kabupaten/Kota dan 18 Provinsi dengan jumlah keseluruhan penduduk pemanfaat
sekitar 1,47 juta jiwa.
b. Sampel
Kajian
Sampel kajian menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik sampling bertujuan ini, adalah dengan cara mengambil subyek yang tidak
didasarkan atas strata, random atau daerah; melainkan didasarkan atas adanya
tujuan tertentu (menurut Arikunto, 2002).
Teknik ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan,
diantaranya adalah karakteristik lokasi yang variatif dan letak sampel yang
berjauhan; dimana diharapkan sampel yang diambil seluruhnya memiliki peluang
yang sama serta dapat mewakili seluruh populasi.
Adapun sampel kajian secara spesifik berdasar pada
karakteristik wilayah :
·
Wilayah
Pertanian
·
Wilayah
Pesisir
·
Wilayah
Slum & Squatter
·
Kawasan
Cagar Budaya
·
Kawasan
Cagar Alam
Sehingga jumlah sampel yang disarankan adalah berkisar
30% dari Jumlah Kelurahan/Desa di 30 Kota/Kabupaten sampling sasaran PLPBK.
2.2.
Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup penelitian ini pada kegiatan PLPBK,
yaitu ;
a.
Rencana pengelolaan lingkungan (RKL),
meliputi;
·
Pengelolaan penyebaran debu
·
Pengelolaan tingkat kebisingan,
·
Pengelolaan emisi udara,
·
Pengelolaan pencemaran
limbah/sampah,
·
Pengelolaan gangguan
ekologi,
·
Pengelolaan dampak
pencemaran dan kerusakan lahan penduduk.
b.
Rencana pemantauan lingkungan (RPL), meliputi;
·
Pemantauan kualitas air,
·
Pemantauan kualitas udara/debu,
·
Pemantauan kebisingan,
·
Pemantauan kualitas tanah,
·
Pemantauan satwa dan pemantauan revegetasi.
·
Pemantauan benda cagar budaya
,
2.3.
Jenis
dan Sumber Data
Data adalah manifestasi dari suatu kebenaran, Sumarno
(2005). Penggunaan instrumentasi yang tepat dan cara pengukuran yang benar akan
menghasilkan data yang dapat mendekati kebenaran dari variabel yang diukur.
Ada 2 tipe data yaitu data primer dan data sekunder,
data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti untuk tujuan spesifik
menjawab masalah penelitian. Data sekunder adalah data yang telah tersedia,
dikumpulkan untuk tujuan lain.
Untuk mendapatkan data variabel pengelolaan lingkungan
pada kegiatan PLPBK sebagai data penelitian di lapangan, adalah;
a. Data
primer dari 10 responden
secara random dengan menggunakan instrumen kuesioner di setiap lokasi sampel,
antara lain Tim fasilitator, Tim Korkot, Tim KMW, BKM, TAPP, Pokja/Tim Teknis, Relawan dan KSM.
b. Data
sekunder bersumber dari
laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan, data relevan dalam MIS PNPM
Perkotaan dan literatur-literatur.
2.4. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam kajian ini digunakan
untuk memperoleh data yang akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan.
Menggunakan teknik-teknik pengumpulan data ini merupakan cara mudah dan tepat
untuk mendapatkan informasi-informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan
lebih akurat. Sumarno (2005) menjelaskan bahwa mutu penelitian tergantung pada
mutu data, data yang bermutu adalah data yang obyektif, terpercaya (reliable),
dan sahih (valid).
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
bahan-bahan yang relevan, akurat dan reliabel. Pengumpulan data dilakukan
dengan tiga metode, yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara;
a. Melakukan
observasi dan pengambilan dokumentasi untuk mendapatkan informasi-informasi yang lebih akurat dan gambaran
tentang pengelolaan lingkungan di PLPBK.
b. Melakukan
wawancara (diskusi) untuk
memperoleh kejelasan pengelolaan lingkungan dengan pelaku PLPBK. Disamping itu dilakukan
pula diskusi tambahan dengan masyarakat sekitarnya.
c. Melakukan
pemberian berupa angket/kuesioner kepada responden yang ditunjuk dan bersedia memberikan respon sesuai
dengan permintaan pengguna yang sifatnya rahasia dan netral.
d. Melakukan
studi pustaka terhadap
laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL) dan laporan hasil pemantauan terhadap limbah, air limbah, udara/debu,
kebisingan dan tanah serta literatur-literatur lain sebagai penunjang.
2.5.
Teknik Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan
dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Hal ini
dilakukan terhadap pengelolaan lingkungan PLPBK mulai tahap perencanaan/persiapan,
tahap konstruksi, tahap pasca konstruksi dan tahap Operasi dan pemeliharaan.
Tabel-1
Variabel-variabel Kajian
No
|
Variabel
|
Simbol
|
1
|
Kinerja Pengelolaan Lingkungan PLPBK
|
Y
|
2
|
Pengelolaan Lingkungan
|
X1
|
3
|
Pemantauan Lingkungan
|
X2
|
a. Teknik
Pengukuran Variabel dan Pengumpulan Data
Pengukuran
Variabel
Pengukuran variabel dilakukan
dengan menggunakan skala likert, yaitu merupakan skala yang berhubungan dengan
pertanyaan tentang sikap dan persepsi seseorang terhadap sesuatu; dimana akan
diberikan nilai secara berjenjang dari 1 sampai dengan 5 (Husein Umar, 2000).
Sedangkan mekanisme penilaian dengan menggunakan skala likert, dapat dijelaskan
dan disusun sebagai berikut:
§ Nilai 5, mempunyai arti
sangat setuju
§ Nilai 4, mempunyai arti
setuju
§ Nilai 3 mempunyai arti
ragu-ragu
§ Nilai 2 mempunyai arti
tidak setuju
§ Nilai 1 mempunyai arti
sangat tidak setuju
Pengumpulan
Data
Pengumpulan data dalam kajian/evaluasi, perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)
Survei pendahuluan, dilakukan secara langsung dengan
menghubungi pemda, masyarakat dan
konsultan yang
ditunjuk secara proporsif, berdasarkan bilangan ordinal pada sampel acak untuk
pelaksanaan kajian.
2)
Studi kepustakaan, dilakukan dengan cara mempelajari
literatur maupun referensi yang terkait maupun berhubungan dengan kajian untuk
menunjang sisi teoritis dalam melakukan pembahasan masalah.
3)
Pengisian pertanyaan kuesioner, yang prinsipnya
dilakukan pengisian kuesioner secara langsung oleh 10 responden secara random dengan menggunakan
instrumen kuesioner di setiap lokasi sampel, antara lain Tim fasilitator, Tim
Korkot, Tim KMW, BKM, TAPP, Pokja/Tim
Teknis, Relawan dan KSM yang
terpilih/ditunjuk sebagai responden.
Pengujian
Instrumen Kajian
Untuk mengetahui apakah
instrumen kajian mengumpulkan data atau
informasi yang tepat serta relevan bagi variabel dan masalah sesuai topik yang
dibahas; atau jika data tersebut digunakan untuk menguji suatu hipotesis, akan dibutuhkan sebagai alat ukur uji
kualitas data. Maka diperlukan dukungan validitas serta keandalan dari alat
ukur atau instrumen yang digunakan.
1)
Uji Validitas
Validasi terhadap
konsep instrumen kajian, perlu dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
(a)
Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan
diukur
(b)
Melakukan uji-coba skala pengukuran tersebut kepada
sejumlah responden
(c)
Mempersiapkan tabulasi
(d)
Sesuai skala pertanyaan yang digunakan, maka
validitas instrumen diukur dengan mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan
total skornya dan untuk memudahkan analisis akan digunakan SPSS Version Terbaru.
2)
Uji Reliabilitas
Suatu
alat pengukuran dinyatakan reliabel atau andal, jika bisa mendapatkan hasil
yang tetap sama dari gejala pengukuran yang tidak berubah meskipun dilakukan
pada waktu yang berbeda-beda. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin
keandalan/kepercayaan terhadap alat ukur yang digunakan dalam suatu kajian/evaluasi. Reliabilitas mengacu pada
homogenitas dari alat ukur. Oleh karena itu berbagai macam pertanyaan yang diajukan
mempunyai keterkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Untuk menguji
reliabilitas alat ukur atau item-item dalam penelitian ini digunakan koefisien
alpha yang diproses melalui SPSS version Terbaru.
b. Teknik
Analisis Data
Maksud
dan tujuan analisis data, adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan (dengan menggunakan
metoda statistik); sehingga diharapkan pelaksana kajian/evaluasi dapat lebih mudah dalam menguji ”apakah hubungan yang diteliti memang benar
terjadi karena adanya hubungan yang sistematis antara variabel bebas dan
variabel terikat”. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan metoda
yang sesuai, melalui pemanfaatan SPSS for
Windows version Terbaru.
c. Analisis
Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan regresi linier berganda (multiple regression). Persamaan regresi
ini, sesuai dengan variabel-variabel yang dikaji/dievaluasi, dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2
|
Dimana:
Y = Kinerja Pengelolaan Lingkungan PLPBK
a = Konstanta
X1 = Pengelolaan Lingkungan
X2 = Pemantauan Lingkungan
d. Pengujian
Hipotesis
1)
Pengujian Hipotesis I/Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
semua variabel independent (bebas)
mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependent (terikat). Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
uji distribusi F, yaitu dengan membandingkan antara nilai kritis F (F tabel)
dengan F hitung (F ratio) yang terdapat pada tabel Analysis of Variance dari hasil
perhitungan.
Pengujian terhadap pengaruh variabel independen
secara bersama-sama (simultan) terhadap perubahan nilai variabel dependen
dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya perubahan nilai variabel dependen
yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel independen.
2)
Pengujian Hipotesis II/Uji Parsial (Uji t)
Langkah analisis kedua dalam pengujian hipotesis
adalah dengan menentukan nilai kritis,
yang dalam pengujian secara parsial akan menggunakan tabel distribusi
normal dengan memperhatikan tingkat signifikansi (a) dan jumlah sampel yang
digunakan.
Pengambilan keputusan akan dilakukan berdasarkan
perbandingan antara nilai thitung
masing-masing koefisien regresi dengan nilai
ttabel, sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan.
Jika thitung absolut suatu
koefisien regresi lebih kecil dari ttabel,
maka keputusannya adalah menerima daerah penerimaan hipotesis nol (H0)
atau dengan pengertian lain bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap
nilai variabel dependen (Y); dan begitu juga berlaku sebaliknya.
3)
Pengujian Hipotesis III/Uji Dominasi
Setelah didapatkan hasil keluaran (output) dari SPSS, melalui uji ini akan
dapat dilihat dan diindikasikan besaran dari nilai koefisien regresi.
Berdasarkan pada nilai koefisien Standardized
Beta (b) yang terbesar pengaruhnya terhadap
ttabel, maka dapat ditetapkan atau disimpulkan bahwa variabel
dimaksud merupakan variabel yang berpengaruh dominan atau mempunyai pengaruh
paling besar terhadap variabel terikatnya.
e. Uji
Persyaratan Asumsi Klasik
Penggunaan model analisis
regresi memerlukan dilakukannya beberapa uji persyaratan, dengan tujuan untuk
memastikan bahwa tidak terjadi penyimpangan atau gangguan terhadap
variabel-variabel yang ada dalam model.
1)
Uji Multikolinieritas
Salah satu asumsi model regresi
linier klasik adalah tidak terjadinya multikolinieritas antara sesama
variabel-variabel bebas yang ada dalam model, atau dengan pengertian bahwa
tidak ada hubungan linier yang sempurna antara variabel bebas yang ada dalam
model. Menurut Santoso (2001), pengertian multikolinieritas adalah terjadinya
korelasi yang sempurna maupun tidak sempurna; namun dalam derajat relatif
sangat tinggi pada variabel bebas yang ada dalam kajian.
Terjadinya multikolinieritas
sempurna akan berakibat bahwa koefisien regresi tidak dapat ditentukan serta
standar deviasi akan menjadi tidak terhingga. Sedangkan jika terjadi
multikolinieritas kurang sempurna, maka koefisien regresi (meskipun berhingga)
akan mempunyai standar deviasi yang besar; dimana hal ini juga memberikan arti
bahwa koefisien-koefisiennya tidak dengan mudah untuk dapat diinterpretasikan.
2)
Uji Heterokedastitas
Uji asumsi regresi berganda
heterokedastitas, adalah bertujuan untuk menguji ”apakah dalam sebuah model
regresi terjadi varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain cenderung tetap, maka
disebut homokedastitas”.
Model regresi yang baik adalah
jika tidak terjadi heterokedastitas. Untuk mendeteksi keberadaan gejala
heterokedastitas, menurut Santoso (2001), dapat digunakan beberapa metoda.
Khusus untuk kajian/evaluasi dapat menggunakan
metoda Rank Spearman.
3)
Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi
dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian
data observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Hal ini berarti bahwa
untuk suatu tahun tertentu akan dipengaruhi oleh tahun sebelumnya atau
dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Untuk mendeteksi keberadaan korelasi ini,
dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson.
2.6. Metoda
dan Teknik Evaluasi Kualitatif – In Depth Evaluation
a.
Pengertian Kajian/Evaluasi Kualitatif
Kajian kualitatif merupakan metode
mengumpulkan dan menganalisa data dengan
berbagai keterbatasan, yaitu tidak bisa digeneralisasi pada peristiwa lain
karena jumlah sampel yang terbatas. Sehingga, perlu digunakan sampel yang lebih
banyak yang mampu mewakili populasi. Tapi perbedaan antara keduanya adalah
bagaimana menyampaikan pertanyaan, yang diantaranya adalah:
(1) Pertanyaan yang disampaikan
bersifat fleksibel, bisa berubah saat pelaksanaan penelitian kualitatif.
(2) Pertanyaan yang dibuat sangat
ketat, kaku, statis dan terstandarisasi. Meski pertanyaan tindak-lanjut bisa
disampaikan, tapi harus terlebih dahulu diukur dan selanjutnya dapat dimasukkan
dalam daftar pertanyaan.
b.
Analisis Data Kajian Kualitatif
Catatan hasil pengamatan lapangan,
transkrip wawancara, dokumen, buku harian dan jurnal merupakan bentuk data
kajian kualitatif. Tugas pelaksana kajian kualitatif adalah menganalisa, menata
dan menafsirkan data tersebut. Data ini dianalisis pada awal proses pengumpulan
data dan berlanjut saat proses kajian berlangsung. Data ini dianalisis dengan
menggunakan metode induktif: upaya untuk mempelajari semua informasi yang ada,
dan menemukan kesamaan, perbedaan, sesuatu yang berulang, maupun berbagai pola
yang ada di dalam informasi itu. Proses ini dijalani tidak dengan spekulasi
semata, tetapi dengan membuat eliminasi atas yang tidak relevan (yang tak
memiliki benang merah), dan menggaris bawahi hal-hal yang relevan (yang
memiliki benang merah). Secara singkat metoda
induktif didefinisikan sebagai “cara berpikir yang menarik kesimpulan dari
pengamatan terhadap kejadian-kejadian partikular menuju pada generalisasi dari
kejadian-kejadian itu, dengan syarat pengamatan yang dilakukan harus bersih
dari semua bentuk prasangka. (Ladyman, 2002)
Mempersiapkan
Data
Untuk memudahkan pengolahan data yang
relatif banyak, peneliti kualitatif akan menatanya berdasarkan dimensi waktu.
Data ditata menurut kronologi waktu urutan peristiwa yang terjadi selama
pencarian/pengumpulan data. Disamping itu, setiap butir informasi harus diberi
label menurut sumbernya. Catatan-catatan, transkrip dan dokumen yang lain akan
digandakan. Data tersebut kemudian ditata ke dalam sistem pengelompokan
tentatif tertentu; dasar pengelompokan dapat berasal dari data yang sedang
dianalisis atau berdasarkan kajian terdahulu atau teori tertentu.
Peneliti kualitatif perlu menggunakan
pendekatan wallpaper, yang akan sangat membantu ketika banyak pihak terlibat
dalam tim pengkajian, yaitu berupaya untuk selalu dapat
menggambarkan/memvisualisasikan data dengan tujuan memaparkan data yang
terkumpulkan demi mempermudah analisis data; seperti fotokopi catatan, catatan
pengamatan pada kartu indeks, tabel penampang serta catatan pinggir.
Mengingat peneliti juga merupakan bagian
dari instrumen pengkajian kualitatif, maka peneliti harus melakukan beberapa
persiapan sebelum mengkaji data yang telah dikumpulkan. Persiapan ini disebut epoche,
yaitu sebuah proses dimana peneliti berusaha membuang atau menyadari prasangka,
pendapat atau asumsi yang mungkin akan mencampuri/mengganggu analisis data.
Metoda ini akan membantu peneliti mengesampingkan pendapat pribadi agar data
yang diteliti bisa berbicara sendiri.
Teknik Analisis
Ada dua teknik analisis kajian kualitatif
yang dapat digunakan, yaitu: teknik komparatif konstan dan teknik induksi
analitis. Teknik komparatif konstan (oleh Glaser dan Strauss), terdiri dari
dari empat proses :
(1) Comparative assignment of incident to categories; setelah data siap dianalisis,
peneliti memasukkan unit-unit informasi ke dalam kategori-kategori tertentu
yang bersifat sementara. Kemudian, masing-masing unit dibandingkan dengan unit
yang lain untuk melihat apakah kategori tersebut telah sesuai atau tidak. Kalau
ada beberapa unit yang tidak sesuai dengan kategori terdahulu, maka perlu
dikembangkan kategori baru. Penekanan dalam proses ini adalah membandingkan
unit-unit serta menemukan kesamaan antara unit-unit yang relevan dengan
kategori.
(2) Mengelaborasi dan memperbaiki kategori; peneliti mencatat preposisi-preposisi
atau aturan-aturan yang berupaya menjelaskan makna utama yang terdapat dalam
kategori. Aturan ini akan membantu memfokuskan kajian dan juga dapat memberikan
kemungkinan kepada peneliti untuk memulai mengekplorasi dimensi teoritis
tentang sistem kategori. Aturan ini akan menunjukkan apa yang sedang dikaji
dari topik tertentu dan membantu untuk menentukan hasil pengkajian yang sedang
dilakukan.
(3) Mencari keterkaitan dan tema antara kategori; peneliti mencari pola yang sama antar
kategori, serta menguji pernyataan-pernyataan dan mencari keterkaitan yang
bermakna di antaranya.
(4) Memadukan dan menyederhanakan data ke dalam struktur teoritis yang
runtut; analisis
data terdahulu diintegrasikan ke dalam penjelasan yang runtut tentang fenomena.
Ini bertujuan untuk dapat memahami konteks manusia dan peristiwa.
Sedangkan teknik induksi analitis adalah
berupaya untuk menggabungkan konstruksi hipotesis dan analisis data. Teknik ini
(menurut Stainback) terdiri dari beberapa langkah seperti berikut:
a) Mendefinisikan topik dan
mengembangkan sebuah hipotesis.
b) Mengkaji sebuah kasus untuk
mengetahui apakah hipotesis tersebut dapat diuji-coba di lapangan. Kalau tidak
bisa diberlakukan, maka hipotesis tersebut dirubah.
c)
Mengkaji
kasus yang lain hingga hipotesis tersebut menjadi sempurna.
d) Mencari kasus-kasus negatif yang
mungkin bisa menyanggah hipotesis tersebut. Kalau demikian, hipotesis tersebut
harus dirubah.
e) Melakukan hal seperti ini berulang
kali hingga hipotesis dapat diuji-cobakan secara sempurna.
Realibilitas dan
Validitas Data Kualitatif
Derajat keterpercayaan dan validitas
sangat penting dalam penelitian kualitatif, sebab akan sangat berpengaruh
terhadap seberapa besar tingkat kepercayaan yang akan diberikan kepada hasil
kajian. Secara ringkas, hal ini sangat berhubungan dengan pertanyaan “apakah
simpulan penelitian bisa dipercaya atau tidak”. Validitas lebih menjelaskan
tentang apakah fenomena yang diamati benar-benar menjelaskan hal tersebut.
Untuk menjaga realibilitas dan validitas data kualitatif, beberapa hal berikut
perlu diperhatikan dalam menganalisa data kualitatif:
(1) Kesempurnaan data akibat kesalahan
dalam mencatat data lapangan atau saat menafsirkan data.
(2) Persepsi yang selektif saat
menafsirkan data.
(3) Reaktivitas dalam mengamati
beberapa perubahan keadaan pada peristiwa yang sama.
Untuk mempertahankan kredibilitas
kajian kualitatif, disarankan (oleh Maykut, Morehouse dan Creswell) untuk
melakukan hal-hal berikut:
a) Menggunakan metoda pengumpulan
data yang beragam.
b) Menerapkan audit pelacakan rekam
data.
c)
Pengecekan
oleh rekan penelitian.
d) Pelibatan anggota tim pengkaji
atau pihak lain untuk menjamin kejujuran interpretasi data.
e) Metode debriefing; melibatkan
orang luar pengkajian untuk mempertanyakan makna, metode dan penafsiran data
yang dilakukan peneliti.
2.7.
Evaluasi Mendalam dengan Diskusi Kelompok
Terarah (FGD)
FGD adalah salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan
evaluasi kualitatif dan merupakan strategi untuk memahami sikap dan perilaku
khalayak, dimana 6 s/d 12 orang diwawancarai secara bersamaan dengan seorang
moderator sebagai pemandu diskusi tentang topik tertentu. Ciri utama teknik FGD
adalah diskusi kelompok yang terstruktur untuk mengumpulkan informasi awal
penelitian, dalam membantu mengembangkan item-item pertanyaan/kuesioner untuk
suatu penelitian survei dan untuk memahami alasan-alasan dibalik munculnya
sebuah fenomena tertentu serta untuk melihat bagaimana sekelompok orang
memahami fenomena tertentu, atau untuk menguji gagasan tertentu.
Beberapa kelebihan serta keuntungan menggunakan teknik FGD untuk
evaluasi kualitatif, adalah:
(1) Dapat menggali informasi awal
tentang topik atau fenomena tertentu.
(2) Dapat dilaksanakan dalam waktu
singkat, tidak memakan waktu lama dalam pelaksanaannya. Waktu agak lama akan
digunakan untuk merekrut para responden yang disesuaikan dengan masalah kajian.
(3) Adanya fleksibilitas dalam
menyampaikan pertanyaan dan menanggapi jawaban peserta FGD. Sehingga, moderator
mampu memfokuskan jawaban peserta kepada tema pengkajian dengan memperjelas
setiap jawaban yang tidak jelas. Para moderator dapat menerapkan prosedur FGD
yang diperluas (extended FGD), dimana
para peserta diwajibkan mengisi formulir daftar pertanyaan berisi topik atau
masalah yang dijadikan bahan diskusi. Dan hal ini dilakukan sebelum sesi
diskusi dimulai.
(4) Tanggapan partisipan diskusi
kelompok lebih lengkap daripada jawaban yang diperoleh pada wawancara
individual. Keadaan ini akan mudah merangsang pikiran dari peserta lain untuk
memberikan komentar terhadap pernyataan peserta. Moderator dapat mengamati
reaksi non-verbal dari masing-masing peserta untuk memperkaya analisis data.
Beberapa kendala yang mungkin timbul dalam pelaksanaan Diskusi
Kelompok Terarah, adalah:
a) Kemungkinan munculnya anggota
kelompok yang mendominasi arus informasi diskusi, serta memaksakan pendapatnya
kepada anggota yang lain. Kondisi ini akan menimbulkan rasa tidak suka pada
pikiran anggota yang lain, serta akan merusak kinerja kelompok. Dalam konteks
ini, moderator harus mampu mengelola lalu-lintas informasi diskusi sebelum
situasinya memburuk.
b) Teknik ini tidak tepat untuk
mengumpulkan data kuantitatif. Sehingga perlu didukung dengan teknik yang lain
apabila kuantifikasi diperlukan.
c)
Pelibatan
sampel yang relatif kecil cenderung untuk tidak bisa mewakili populasi,
terutama jika hanya terdiri dari para sukarelawan.
Tujuh langkah berikut sangat diperlukan, jika perlu melakukan diskusi
kelompok secara terarah (FGD):
(i)
Mendefinisikan
masalah, yang dapat bersumber dari kajian terdahulu atau rasa keingin-tahuan
tentang topik tertentu.
(ii) Memilih sampel.
(iii) Menentukan jumlah anggota kelompok
yang diperlukan. Untuk mengatasi masalah keterwakilan kelompok, diskusi
kelompok biasanya dilakukan beberapa kali, tidak cukup hanya sekali.
(iv) Mempersiapkan mekanisme kajian,
mekanisme rekrutmen partisipan, fasilitas yang diperlukan, dan lainnya.
(v) Menyiapkan bahan/materi untuk
diskusi kelompok.
(vi) Melaksanakan sesi diskusi
kelompok.
(vii) Menganalisis data dan
mempersiapkan ringkasan laporan.
2.8.
Evaluasi Kualitatif dengan Wawancara Mendalam
Evaluasi kualitatif dengan menggunakan
cara wawancara mendalam, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Digunakan pada sampel yang lebih
kecil.
(2) Menyajikan data lebih terinci
tentang perasaan, nilai, motivasi, pengalaman dari responden.
(3) Dapat menggambarkan tanggapan
non-verbal dari responden.
(4) Fleksibilitas dalam menanggapi
pertanyaan masing-masing responden.
(5) Keberhasilan wawancara mendalam
ini ditentukan oleh kemampun pewawancara dalam menjalin hubungan harmonis
dengan para responden.
Kekuatan wawancara mendalam
adalah mampu untuk menyajikan data yang lebih akurat tentang tanggapan
responden terhadap isu-isu yang sensitif. Hal ini sangat tergantung kepada
kemampuan pewawancara dalam menjalin hubungan baik dengan para responden. Tapi
cara ini juga memiliki kelemahan, yaitu hasil analisis wawancara tidak bisa
digeneralisir kepada populasi; karena wawancara biasanya dilakukan secara tidak
terstruktur apalagi sampel yang diambil secara acak. Disamping itu, kemungkinan
munculnya bias pewawancara sehingga mempengaruhi validitas jawaban responden.
Kemungkinan juga terjadi kerancuan dalam analisis data akibat perbedaan
interpretasi data dari masing-masing para peneliti.
3.
KELUARAN/PRODUK
Produk
dari kajian ini adalah tersusunnya dokumen yang berisi :
1.
Identifikasi
kondisi eksisting pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK - PNPM
mandiri Perkotaan;
2.
Evaluasi
kinerja Tim pendamping PLPBK dalam pengendalian dampak lingkungan,
3.
Identifikasi
kendala pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK.
4.
Inventarisasi
kebutuhan penguatan kapasitas pelaku.
5.
Identifikasi
implementasi pedoman pengamanan lingkungan dalam PLPBK.
4. KRITERIA
Dokumen kajian diharapkan
merupakan hasil kesepakatan akhir dari seluruh rangkaian diskusi, FGD,
workshop, analisis berdasarkan kajian literatur maupun arah kebijakan program
terhadap permasalahan yang ada dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku,
sehingga dapat dipertanggung jawabkan dan hasil kajian dapat diimplementasikan
di lapangan oleh seluruh unsur terkait.
5. SCHEDULE
PELAKSANAAN
NO
|
KEGIATAN
|
METODOLOGI
|
PELAKU
|
KELUARAN
|
KERANGKA WAKTU
|
|
MULAI
|
SELESAI
|
|||||
1.
|
Penyusunan
Kerangka Acuan Kerja Kajian terhadap implementasi pengendalian dampak
lingkungan dalam kegiatan PLPBK - PNPM Mandiri Perkotaan
|
§ Study Literatur
|
|
§ Draft KAK Kajian
|
Minggu-4
Juni 2013
|
Minggu
-1 Juli 2013
|
2.
|
Workshop Rencana dan Metodologi Kajian
|
Workshop/
KBIK
|
Tim
NMC, Advissory & PMU
|
§ Final KAK Kajian
|
Minggu
-1 Juli 2013
|
Minggu
-2 Juli 2013
|
3.
|
Pemilihan
Lokasi Sampling dan penyusunan instrumen kajian
|
Purposive
Sampling
|
Tim
NMC
|
§ Daftar Lokasi sampling
§ Instrumen Kajian
|
Minggu-2
Juli 2013
|
Minggu-2
Juli 2013
|
4.
|
Survey
lapangan, memotret kondisi eksisting dan menganalisis hasil survey;
|
§ Survey Lapangan
§ FGD
|
Tim
NMC
|
§ Identifikasi kondisi eksisting pengendalian
dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK
|
Minggu-3
Juli 2013
|
Minggu-4
Agustus 2013
|
5.
|
Analisis
kendala pelaksanaan pengendalian pengamanan lingkungan
|
§ FGD
§ Study Literatur
|
Tim
NMC
|
§ Evaluasi kinerja Tim pendamping PLPBK dalam
pengendalian dampak lingkungan,
§ Identifikasi kendala pelaksanaan
pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK
|
Minggu-2
Sept 2013
|
Minggu-4
Sept 2013
|
6.
|
Inventarisasi
(asessment) kebutuhan penguatan
kapasitas pelaku
|
§ FGD
§ Study Literatur
|
Tim
NMC
|
§ Inventarisasi kebutuhan penguatan kapasitas
pelaku.
|
Minggu-2
Sept 2013
|
Minggu-4
Sept 2013
|
7.
|
Analisis
implentasi pedoman pengamanan lingkungan
|
§ FGD
§ Study Literatur
|
Tim
NMC
|
Identifikasi
implementasi pedoman pengamanan lingkungan dalam PLPBK.
|
Minggu-2
Sept 2013
|
Minggu-4
Sept 2013
|
8.
|
Workshop
Hasil Kajian
|
Workshop/
KBIK
|
Tim
NMC, Advissory & PMU
|
§ Kesepakatan akhir
§ Rekomendasi hasil kajian
|
Minggu-1
OKt 2013
|
Minggu-2
Okt 2013
|
9.
|
Penyusunan
Laporan Hasil kajian
|
§ Study Literatur
|
Tim
NMC
|
§ Laporan Hasil kajian
|
Minggu-3
Okt 2013
|
Minggu-4
Okt 2013
|
Lampiran 1.
ANGKET / QUESTIONER
|
PENGANTAR
Perihal :
Permohonan Pengisian Angket / Kuesioner
Lampiran :
Satu berkas
Kepada Yth :
Sdr. Responden
Dengan hormat,
Dalam rangka kajian
terhadap implementasi pengendalian dampak lingkungan dalam kegiatan PLPBK -
PNPM Mandiri Perkotaan, untuk
menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan serta
meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat dan layak huni, maka Saya
memohon dengan hormat kepada Saudara untuk menjawab beberapa pertanyaan angket
/ questioner yang telah disediakan dengan jawaban secara objektif atau apa
adanya.
Angket / questioner
ini bersifat pengetahuan pendidikan untuk observasi, maka Saudara responden
agar dapat memberikan jawaban yang sejujurnya, yaitu benar sesuai dengan
kondisi yang dirasakan Saudara. Oleh karena itu, data dan identitas Saudara responden
akan dijamin kerahasiaannya dan tidak mempengaruhi pada status apapun.
Demikian pengantar
ini dibuat, atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya Saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, ......... 2013.
Hormat Saya,
Heru Setyawan
Environmental
Safeguard Specialist
PETUNJUK PENGISIAN
ANGKET/KUESIONER
1.
Mohon bantuan dan kesediaan Saudara untuk menjawab
seluruh pertanyaan yang disediakan.
2.
Berilah tanda silang (X) pada kolom "setuju" atau "ya" jika Saudara setuju atau
sependapat dengan pernyataa/pertanyaan dalam kuesioner, dan berilah tanda (X)
pada kolom "tidak" jika saudara tidak sepenmdapat dengan
pernytaan/pertanyaan dalam kusioner. Pilih sesuai keadaan yang sebenarnya.
3.
Karakteristik responden :
a.
Umur :
............ tahun.
b.
Jenis kelamin :
laki-laki / perempuan *)
c.
Pelaku
: BKM/ UPL/ TIPP/KSM *)
d.
Desa/Kelurahan :
.................................
e.
Kabupaten/kota :
.................................
*) Coret yang
tidak perlu
No
|
Pertanyaan Variabel Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
|
Jawaban
|
|||
Setuju
|
Tidak
|
||||
A.
|
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
|
|
|
||
1.
|
Persiapan/ Pra
Konstruksi
|
|
|
||
|
a.
|
Debu dan
Sampah akibat pembersihan area kegiatan dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
b.
|
Gangguan
pemakai jalan/lahan akibat pembersihan lahan dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
c.
|
Gangguan
ekologi (lingkungan hidup)akibat pembersihan area kegiatan dikelola dengan
baik
|
|
|
|
2.
|
Konstruksi
|
|
|
||
|
a.
|
Debu
yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
b.
|
Sampah
yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
c.
|
Bising
yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
d.
|
Gangguan
Pengguna lahan yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
e.
|
Pengotoran
badan air (sungai, danau, saluran air dsb) yang timbul akibat proses
pembangunan dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
f.
|
Longsor
yang timbul akibat proses pembangunan dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
g.
|
Gangguan
ekologi (lingkungan hidup) yang timbul akibat proses pembangunan dikelola
dengan baik
|
|
|
|
3.
|
Pasca Konstruksi
|
|
|
||
|
a.
|
Sampah sisa
pembangunan dikelola dengan baik.
|
|
|
|
|
b.
|
Puing sisa
pembangunan dikelola dengan baik.
|
|
|
|
|
c.
|
Longsor akibat
pembangunan dikelola dengan baik.
|
|
|
|
|
d.
|
Perubahan
ekologi (lingkungan hidup)akibat sisa pembangunan dikelola dengan baik.
|
|
|
|
4.
|
Operasi dan
Pemeliharaan
|
|
|
||
|
a.
|
Penurunan kualitas air di sumber air akibat operasional prasarana terbangun dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
b.
|
Gangguan estetika akibat operasional
prasarana terbangun dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
c.
|
Gangguan kesehatan akibat operasional
prasarana terbangun dikelola
dengan baik
|
|
|
|
|
d.
|
Timbulan sampah akibat operasional
prasarana terbangun dikelola dengan baik
|
|
|
|
|
e.
|
Kebisingan akibat operasional
prasarana terbangun dikelola dengan baik
|
|
|
|
B.
|
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
|
|
|
||
1.
|
Persiapan/ Pra
Konstruksi
|
|
|
||
|
a.
|
Debu dan Sampah
akibat pembersihan area kegiatan dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
b.
|
Gangguan pemakai
jalan/lahan akibat pembersihan lahan dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
c.
|
Gangguan ekologi
(lingkungan hidup) akibat pembersihan lahan dipantau dengan baik
|
|
|
|
2.
|
Konstruksi
|
|
|
||
|
a.
|
Debu yang timbul
akibat proses pembangunan dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
b.
|
Sampah yang
timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
c.
|
Bising yang
timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
d.
|
Gangguan
Pengguna lahan yang timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
e.
|
Pengotoran
badan air (sungai, danau, saluran air dsb) yang timbul akibat proses
pembangunan dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
f.
|
Longsor
yang timbul akibat proses pembangunan dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
g.
|
Gangguan
ekologi (lingkungan hidup) yang timbul akibat proses pembangunan dipantau
dengan baik
|
|
|
|
3.
|
Pasca
Konstruksi
|
|
|
||
|
a.
|
Sampah
sisa pembangunan dipantau dengan baik.
|
|
|
|
|
b.
|
Puing
sisa pembangunan dipantau dengan baik.
|
|
|
|
|
c.
|
Longsor
akibat pembangunan dipantau dengan baik.
|
|
|
|
|
d.
|
Perubahan
ekologi (lingkungan hidup)akibat sisa pembangunan dipantau dengan baik.
|
|
|
|
4.
|
Operasi
dan Pemeliharaan
|
|
|
||
|
a.
|
Penurunan kualitas air di sumber air akibat
operasional prasarana terbangun dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
b.
|
Gangguan estetika akibat operasional prasarana terbangun dipantau dengan baik
|
|
|
|
|
c.
|
Gangguan kesehatan akibat operasional prasarana
terbangun dipantau
dengan baik
|
|
|
|
|
d.
|
Timbulan sampah akibat operasional prasarana
terbangun dipantau
dengan baik
|
|
|
|
|
e.
|
Kebisingan akibat operasional prasarana terbangun dipantau dengan baik
|
|
|
|
KUESIONER BERDASARKAN JENIS KEGIATAN
No
|
Pertanyaan Variabel Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
|
Jawaban
|
|||
Ya
|
Tidak
|
||||
1.
|
Apakah terdapat
kegiatan pembangunan jalan ? jika "ya" jawablah pertanyaan
berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
Adakah dampak
kebisingan, getaran, emisi yg tinggi ?
|
|
|
|
|
b.
|
Adakah Gangguan
visual ?
|
|
|
|
|
c.
|
Adakah Gangguan
lahan/erosi/longsor ?
|
|
|
|
|
d.
|
Timbulnya
gangguan lalu lintas?
|
|
|
|
|
e.
|
Adakah Gangguan
jaringan prasarana sosial seperti gas, listrik, air minum, telephone ?
|
|
|
|
2.
|
Apakah
terdapat kegiatan Pembangunan Saluran
Drainase? jika "ya"
jawablah pertanyaan berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
Timbulnya
gangguan lalu lintas ?
|
|
|
|
|
b.
|
Adanya Kerusakan
prasarana dan sarana umum ?
|
|
|
|
|
c.
|
Pencemaran
di daerah hilir ?
|
|
|
|
|
d.
|
Perubahan
tata air di sekitar jaringan ?
|
|
|
|
|
e.
|
Bertambahnya
aliran puncak ?
|
|
|
|
|
f.
|
Timbul Genangan
air ?
|
|
|
|
3.
|
Apakah
terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana
Air bersih? jika "ya"
jawablah pertanyaan berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
Terjadi
pengotoran sumber air pada tahap konstruksi
|
|
|
|
|
b.
|
sumber air
tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih
|
|
|
|
|
c.
|
Muka air
tanah semakin rendah
|
|
|
|
|
d.
|
Intrusi
air laut atau air permukaan ke dalam air tanah
|
|
|
|
4.
|
Apakah
terdapat kegiatan Pembangunan Jembatan
? jika "ya" jawablah
pertanyaan berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
Potensi
perubahan kestabilan lahan (land
subsidence)
|
|
|
|
|
b.
|
Potensi
perubahan aliran air (bila ada)
|
|
|
|
|
c.
|
Dampak
kebisingan, getaran, emisi yang tinggi
|
|
|
|
|
d.
|
Dampak,
bangkitan (gangguan) lalu lintas
|
|
|
|
|
e.
|
Gangguan
visual (khusus pada saat konstruksi)
|
|
|
|
|
f.
|
Gangguan
jaringan prasarana sosial seperti gas, listrik, air minum, telekomunikasi
(khusus pada saat konstruksi)
|
|
|
|
5.
|
Apakah
terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana
Sanitasi ? jika "ya"
jawablah pertanyaan berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
Dampak
pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah.
|
|
|
|
|
b.
|
Sumber berkembangbiaknya/tersebarnya cacing
tambang pada permukaan tanah
|
|
|
|
|
c.
|
Sumber
berkembangbiaknya lalat dan serangga lain.
|
|
|
|
|
d.
|
Timbulnya
bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang.
|
|
|
|
6.
|
Apakah
terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana
Persampahan ? jika "ya"
jawablah pertanyaan berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
Sumber
berkembangbiaknya lalat dan serangga lain.
|
|
|
|
|
b.
|
Timbulnya
bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang.
|
|
|
|
|
c.
|
Lingkungan
area sekitar tergenang leachate (air kotor)
|
|
|
|
7.
|
Apakah terdapat
kegiatan Pembangunan Rumah Layak Huni
? jika "ya" jawablah
pertanyaan berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
Sirkulasi
udara dan pencahayaan sinar matahari tidak cukup sebagai akibat dari ruangan
yang lembab dan tidak ada pergantian udara
|
|
|
|
|
b.
|
Terdapat
genangan air di lingkungan area sekitar rumah
|
|
|
|
|
c.
|
Tidak
dilengkapi jamban
|
|
|
|
|
d.
|
Tidak
dilengkapi dengan sarana pembuangan limbah padat atau sampah
|
|
|
|
8.
|
Apakah
terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana
Kesehatan ? jika "ya"
jawablah pertanyaan berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
tidak dilengkapi
dengan sarana pengelolaan
|
|
|
|
|
b.
|
tidak
dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase
|
|
|
|
|
c.
|
tidak
dilengkapi sarana MCK dan air bersih,
|
|
|
|
9.
|
Apakah
terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana
Pendidikan ? jika "ya"
jawablah pertanyaan berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
tidak dilengkapi
dengan sarana pengelolaan
persampahan
|
|
|
|
|
b.
|
tidak
dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase
|
|
|
|
|
c.
|
tidak dilengkapi
sarana MCK dan
air bersih,
|
|
|
|
10.
|
Apakah
terdapat kegiatan Pembangunan Prasarana
Perdagangan ? jika "ya"
jawablah pertanyaan berikut ini.
|
|
|
||
|
a.
|
tidak
dilengkapi dengan sarana pengelolaan persampahan
|
|
|
|
|
b.
|
tidak
dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase
|
|
|
|
|
c.
|
tidak
dilengkapi sarana MCK dan air bersih,
|
|
|
|
Responden
Pelaksana fungsi
kegiatan (TIPP, UPL/BKM, KSM) karena ybs mengetahui secara rinci pelaksanaan
kegiatan, sedangkan tanaga pendamping cukup menggunakan data sekunder berupa
data hasil sertifikasi sebagai pembanding.
0 comments:
Post a Comment